"Sepinya pusat perbelanjaan offline seperti Tanah Abang disebabkan oleh perubahan lifestyle yang sekarang ini lebih bersifat digital," papar Piter kepada Tribunnews, Selasa (3/10/2023).
"Masyarakat mulai menikmati berbelanja secara online, jadi tidak hanya disebabkan oleh tiktok tetapi juga oleh bentuk-bentuk belanja online lainnya," sambungnya.
Menurut Piter, masyarakat tertarik berbelanja secara online lantaran lebih mudah alias tidak repot.
Perubahan gaya hidup ini tidak bisa dicegah atau dihindari.
Sehingga, Pemerintah tidak perlu melarang.
Tetapi pemerintah perlu membuat regulasi yang lebih bertujuan kepada perlindungan konsumen, menjaga persaingan yang sehat.
"Social commerce seperti tiktok seharusnya dilarang karena berpotensi melanggar perlindungan konsumen dan persaingan usaha yang sehat," papar Piter.
"Dengan argumentasi diatas saya berpendapat ditutupnya tiktok shop tidak akan otomatis meningkatkan kinerja pasar offline. Penutupan tiktok shop seharusnya diikuti juga dgn penutupan social commerce lainnya juga," pungkasnya.
Nasib host live TikTok Shop
Rencana pemerintah yang akan tutup TikTok Shop ternyata berdampak pada banyak orang.
Terutama mereka yang menggantungkan hidupnya menjadi seller atau afiliator di TikTok Shop.
Rencana pemerintah itu ternyata bukanlah hal baru.
Hal ini seperti yang disampaikan host jualan live di TikTok Shop, Adul Bizarro (28).
Ia mengingat jika wacana penutupan TikTok Shop ini juga sebelumnya sudah ada.
Baca juga: Pemerintah Larang TikTok Shop untuk Berjualan, Pelaku UMKM Kabupaten Malang Sayangkan Kebijakannya
"Tapi hingga kini masih ada, dan saya juga masih kerja jadi host di beberapa brand yang jualan di TikTok Shop," kata Adul, saat dihubungi Tribun Jabar, Selasa (26/9/2023).