"Isu kewilayahan apa masih relevan? Menurut saya isu keterlibatan anak muda dan bagaimana mereka mengambil peran, lebih diminati," katanya.
"Apalagi generasi Z dan milenial, mereka dibentuk oleh zaman sebagai borderless society (masyarakat tanpa sekat). Dari mana mereka berasal tidak lagi penting," kata peraih Doktor Politik Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya ini.
Baca juga: AHY Bocorkan Penentu Gibran Jadi Cawapresnya Prabowo, Diketahui Ketua Parpol KIM: Sudah Final
Lebih jauh, sejak lama Gerindra telah mengakomodir kepentingan masyarakat Jawa Timur dengan tetap merepresentasikan figur Prabowo.
"Dalam konteks Jatim, tampilan Gerindra Jatim merepresentasikan wajah Prabowo," katanya.
Misalnya, kader Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi massa Islam di Jawa Timur, yang banyak menjadi anggota legislatif dari Fraksi Gerindra. Ini membuktikan bahwa Gerindra dan warga Jawa Timur, khususnya warga NU, memang cukup dekat.
"Bagi Gerindra Jatim, hubungan dengan NU bukan semata retorika. Dari 15 orang anggota DPRD Jatim Gerindra, 11 orang di antaranya adalah kader NU," tegas Gus Sadad.
"Dari 11 orang tersebut, 7 orang di antaranya adalah kader PMII. Itu jumlah yang besar bagi partai yang tidak lahir dari rahim NU. Jadi menurut saya, Gerindra ber-NU secara lebih substantif, bukan semata simbolis," kata Gus Sadad yang juga Dewan Pakar Ikatan Alumni Santri Pondok Pesantren Sidogiri (IASS) Pasuruan ini.