Selain itu, Drajat melanjutkan, banyaknya seseorang bernama Bambang pada masa lalu kemungkinan dikarenakan kesamaan simbol yang masih dipahami.
Artinya, pada zaman saat Bambang-Bambang masih kecil, orangtua selaku pemberi nama masih menganggap nama dari Jawa ini sebagai sesuatu yang baik dan penuh makna.
Keadaan berbeda terjadi pada masa kini, di mana pemberian nama anak laki-laki maupun perempuan mengalami pergeseran.
Menurut Drajat, sekarang orangtua lebih sering memberikan nama yang diambil dari unsur Eropa atau Arab alih-alih lokal seperti dari Jawa.
"Kalau dulu (Bambang) ini nama ideal. Tapi ada juga nama lain, kayak Agus juga banyak. Cuma ini ada pergeseran makna dan simbolik yang terjadi di masyarakat," ungkapnya.
Defisit simbol tersebut dapat berimbas pada kurang antusiasnya masyarakat terhadap nama Bambang maupun nama Jawa lain, seperti Joko dan Sri di masa depan.
"Artinya sudah mulai hilang maknanya dalam memori kolektif masyarakat jawa," sambung Drajat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Berita tentang arti kata lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com