Selain uangnya yang raib digondol orang, Baliah juga pernah disiram hingga diusir.
Peristiwa ini terjadi ketika Baliah mengemis di sekitar Curug Cigamea yang masih berada di dalam kawasan TNGHS.
"Disiram air dua ember di Curug Cigamea, dimarahin bapak-bapak, pindah ke bedeng (lokasi saat ini)," tuturnya.
Dengan kondisinya yang mengalami gangguan mental, Baliah saat itu hanya bisa pasrah dan tidak berbuat apa-apa.
Adapun selama ini Baliah menjadi pengemis untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Ia tinggal bertiga bersama suaminya dan anak semata wayang mereka yang duduk di bangku kelas 5 SD.
Suami Baliah, Ropik. adalah seorang tuna rungu sehingga kesulitan berbicara.
"Enggak bisa ngomong," ujar Baliah.
Sehari-hari, uang yang didapatkan Baliah dari hasil mengemis ia belikan untuk kebutuhan anak hingga makan.
"Anak jajan Rp10 ribu, beli voucher WiFi Rp4 ribu," kata Baliah merinci.
Belum lagi, Baliah harus merogoh kocek untuk ojek yang ditumpangi menuju ke lokasi mengemis.
Jika mendapatkan penghasilan sebesar Rp100.000, Baliah hanya mengantongi Rp16.000 untuk dipakai membeli beras.
"Sisanya buat beli beras," jelas Baliah.