Hariyanto kemudian mengambil satu lembaran kayu yang tebalnya sekitar 5 cm. Hariyanto memotong lembaran kayu itu.
Setelah itu, Hariyanto membuat pola pada potongan lembaran kayu untuk dijadikan ukulele.
Ia menggergaji lembaran kayu sesuai pola yang sudah dibentuk dan kemudian mengelupas bagian tengahnya menggunakan bor yang bagian ujungnya tumpul.
"Bahan pembuatan alat musik di tempat saya semua terbuat dari kayu, bukan dari triplek. Mungkin itu yang membedakan alat musik produksi saya dengan perajin lain," ujarnya.
Hariyanto menggunakan kayu mahoni sebagai bahan pembuatan alat musik.
Selain mudah didapat, kualitas kayu mahoni bagus untuk bahan pembuatan alat musik bersenar.
"Kayu mahoni kuat dan seratnya punya karakter suara," ujarnya.
Hariyanto bercerita, menjadi perajin gitar memang cita-citanya sejak kecil. Sejak kecil, Hariyanto punya hobi musik.
Tapi, ia baru bisa menekuni usaha membuat kerajinan alat musik itu pada 2015.
Setelah lulus SMK sampai menikah, Hariyanto sempat bekerja sebagai tukang bangunan. Ia lulusan SMK jurusan teknik sipil.
"Pada 2015 saya ada masalah keluarga. Ketika itu, saya butuh menenangkan diri. Kemudian, saya mencoba menekuni cita-cita saya sejak kecil, membuat gitar," kata Hariyanto tanpa menjelaskan masalah keluarga yang dialaminya.
Ketika mulai memproduksi gitar, Hariyanto masih belum tahu kondisi pasar. Ia hanya bisa memproduksi gitar.
Lambat laun, gitar maupun ukulele buatannya mulai ada yang membeli. Hariyanto juga berusaha memperbaiki kualitas produksi alat musiknya.
"Saya belajar dari YouTube dan grup komunitas perajin gitar untuk meningkatkan kualitas produksi," ujarnya.
Hariyanto juga belajar pemasaran alat musiknya lewat online.