TRIBUNJATIM.COMM, BANGKALAN – Keberadaan sejumlah spanduk sebagai alat peraga kampanye (APK) dengan beragam pesan politik sudah menjadi pemandangan biasa dalam masa kampanye Pemilu 2024 saat ini, Namun ada sebaran spanduk-spanduk yang terpasang dengan narasi sebuah pesan peringatan lengkap dengan foto Cawapres 02 Gibran Rakabuming di sejumlah titik di Kabupaten Bangkalan dalam dua hari terakhir ini.
Pantauan Tribun Madura, pesan dalam Bahasa Madura itu dikemas menjadi tiga narasi berbeda namun diawali dengan tulisan, ‘Warga Madura Pecinta Mahfud MD : Gibran, Tengate Cong (Hati-hati Nak), Menghina Mahfud Berarti Menghina Kita Semua’.
Berikutnya, ‘Warga Madura Pecinta Mahfud MD : Tekkak Anaen Presiden, Mon Korang Ajer, Paggun Ebeles (Meski Anak Presiden, Kalo Kurang Ajar Tetap Dibalas)’, serta ‘Warga Madura Pecinta Mahfud MD : Mon Tretan La Ecokoco, Tekkak Anaen Presiden Elaben (Kalau Saudara Dipermainkan, Meski Anak Presiden Tetap Kita Lawan).
Ketua DPC Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sekaligus Ketua Tim Pemenangan Capres-Cawapres 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD, KH Hasbullah Muhtarom menilai spanduk-spanduk tersebut cenderung provokatif di masa kampanye seperti sekarang ini.
“Kami sedang berusaha mencari tahu kebenaran, siapa sih sebetulnya (yang pasang). Kalau saya bilang mungkin usil ya, kurang kerjaan. Madura, Bangkalan yang sudah aman dan damai kok diprovokasi seperti itu,” ungkap Ra Hasbullah kepada sejumlah awak jurnalis di kediamannya, Sabtu (27/1/2024).
Diduga, beredarnya spanduk-spanduk itu merupakan bentuk respon atas sikap dan gesture tubuh Gibran yang dinilai sejumlah kalangan kurang etika kepada cawapres lain.
Termasuk kepada Mahfud MD dalam Debat Cawapres 2024 di JCC Senayan Jakarta pada 21 Januari 2024.
“Kalau saya melihat biasa saja. Artinya pada seusia beliau (Gibran) tentunya itulah yang tersampaikan dengan jiwa muda. Sehingga gestur dan gaya bicaranya ya seperti itu, karena usia akan mempengaruhi seseorang dalam menyampaikan atau memberikan suatu pendapat,” jelas Ra Hasbullah.
Ia menegaskan, keberadaan spanduk-spanduk bermuatan provokatif itu merupakan bagian dari dinamika politik yang terjadi di negara demokrasi seperti di Indonesia. Spanduk-spanduk dengan narasi seperti itu disebut Ra Hasbullah dengan istilah black campaign.
“Wajar-wajar sajalah. Yang menjadi masalah sekarang bagaimana kami sebagai tim dari salah satu paslon harus menyikapi dengan bijak, dewasa, dan dengan sebaik-baiknya. Sehingga di akar rumpun nanti tidak terjadi gesekan-gesekan yang tentunya merugikan kita semua,” tegas Ra Hasbullah.