“Memang mengeluh tidak dapat bantuan beras, hanya kepengen kok tetangganya dapat tapi tidak, karena untuk makan dan kehidupan sangat tidak kekurangan,” pungkas Parminto.
Sebelumnya, sudah beberapa hari ini Mbah Semi mengaku melihat para tetangga menerima kertas kupon daftar sebagai penerima beras miskin 10 kilogram.
Bantuan itu akan diberikan dari bulan Januari hingga bulan Juni mendatang.
Sayangnya nama Mbah Semi tak tercantum di data Penyasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) sebagai salah satu penerima beras bagi warga miskin.
“Tetangga sudah menerima kupon katanya mau dapat beras 10 kilogram. Nama saya juga tidak ada,” ucapnya lirih.
Semi mengaku, namanya tak dimasukkan dari daftar penerima bantuan beras.
Selain bekerja sebagai pembuat kerupuk beras, dia juga mengharap bantuan tetangga untuk makan sehari-hari.
“Kadang kalau selamatan dikasih berkat, kalau tidak yang ngutang di toko yang ada di perempatan sana. Paling I kilogram itu isinya tiga kaleng bisa untuk makan beberapa hari,” katanya.
Di sisi lain, Mbah Semi hidup sebatang kara.
Anak laki-laki satu-satunya sudah meninggal lama.
Menyusul kemudian sang suami yang meninggal dunia.
Kasus Lainnya
Kehidupan Nenek Kaswiyah (79) yang hidup sebatang kara di gubuk reyot juga sempat menjadi sorotan.
Nenek Kaswiyah tinggal di Desa Karangmalang, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Gubuk yang ditinggalinya pun nyaris ambruk.