Di rumahnya, di Lingkungan Benggala, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, kemudian mencoba mengolah tulang yang diperolehnya menjadi kerupuk.
Uji coba dilakukannya tak langsung berhasil, hasil berkali-kali tak sesuai keinginannya, seperti rasa pahit dan berbau.
Tidak pantang menyerah, pria berusia 47 tahun ini meraciknya dan akhirnya memiliki takaran dan resep yang pas.
Kini kerupuk tulang ikan bandeng olahnnya memiliki rasa enak, gurih, empuk, renyah tanpa ada bau.
"Butuh waktu juga saya coba berkali-kali supaya rasanya sesuai keinginan. Sebulan lebih akhirnya bisa menghasilkan kerupuk yang pas, enak," ujar Ali.
Baca juga: Sosok Guru Nyaleg Relakan Jabatan Wakasek dan PNS, Istri Sangat Menentang, Jam Kerja Berubah Drastis
Kerja kerasnya merintis usaha kerupuk untuk menghidupi keluarganya membuahkan hasil dengan banyaknya pesanan.
Bahkan kerupuk yang diproduksi bersama kedua anaknya ini diminati, dan sudah pernah dipesan dan disukai warga negara Turki, Qatar, Yaman, Yordania, Singapura, Malaysia.
"Sekarang alhamdulillah orderan banyak, sampai saya kewalahan. Ini juga dibantu sama anak buat produksinya," ujar Ali.
Berkat ide yang kreatif dan inovasinya, kini Ali sudah memproduksi tujuh jenis varian kerupuk dari bahan baku yang tak lazim yang diberi merek 'Refisa Krubasan'.
Ketujuh kerupuk tersebut dibuat dari bahan utamanya tulang ikan bandeng, jantung pisang, kerang, tutut, telur asin, lele, dan wortel.
Semua produk yang diproduksinya sudah memiliki legalitas baik sertifikat halal, lulus uji kandungan gizi, sertifikat produksi pangan industri rumah tangga, dan mendapatkan hak paten resepnya.
Keputusan Ali berhenti menjadi guru honorer memang tak salah, dalam sebulan omsetnya sudah mencapai belasan juta.
Setiap produksi, dari satu kilogram tulang bisa menghasilkan 15 sampai 20 pcs kerupuk siap konsumsi.
"Produksi libur setiap Jumat, sekali produksi bisa menghasilkan 50 pcs. Per pcs dijual harga Rp12.500."
"Kalau omset per bulan yah bisa menyekolahkan anak," ucap Ali.
Meski sudah menguntungkan, dia terus mempromosikan produknya dari satu stand ke stand acara pameran UMKM baik di seputar maupun luar Banten.
Tantangan Ali saat ini yang dihadapi yakni bagaimana cara untuk meningkatkan jumlah produksi kerupuknya agar bisa memenuhi pesanan.
"Saya kan baru mulai terjun di pertengahan tahun 2022. Sekarang saya pakai peralatan sederhana, butuh peralatan produksi yang bisa menghasilkan banyak kerupuk," kata Ali.
"Malu kalau pesanan banyak tapi tidak terpenuhi. Nanti jelek nama saya," sambung dia.