Pilpres 2024

Petugas KPPS Ditegur KPU Pakai Kemeja Warna Biru Langit Mirip Ciri 1 Paslon, Langsung Ganti Baju

Penulis: Alga
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 07 Desa Pasir Kembang, Kecamatan Pamarayan, Kabupaten Serang, memakai kemeja berwarna biru langit, Rabu (14/2/2024).

TRIBUNJATIM.COM - Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) ditegur KPU gara-gara busananya.

Pasalnya para petugas KPPS tersebut memakai kemeja warna biru langit mirip ciri salah satu paslon.

Setelah ditegur KPPS, mereka pun langsung ganti baju yang lebih netral.

Hal itu terjadi pada KPPS 07, Kampung Hanjuang, Desa Pasir Kembang, Kecamatan Pamarayan, Kabupaten Serang, Banten.

Mereka kompak menggunakan kemeja warna biru langit.

Berdasarkan pengamatan Kompas.com dari foto yang beredar, seluruh petugas KPPS mengenakan kemeja warna biru langit.

Warna tersebut identik dengan ciri salah satu pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.

Dalam foto surat suara pemilihan Capres dan Cawapres nomor urut 2 juga menggunakan kemeja dan warna sesuai dengan kemeja yang digunakan petugas.

Sementara Ketua Divisi Perencanaan Data dan Informasi KPU Kabupaten Serang, Septia Abdi Gama, mengaku sudah mendapatkan informasi tersebut.

Dikatakan Abdi, KPU sudah memberikan imbauan kepada seluruh KPPS untuk tidak mengenakan baju identik dengan warna peserta Pemilu 2024.

"Kita juga sama sudah imbau sebetulnya. Penyelenggara Pemilu enggak boleh membawa ciri peserta Pemilu di TPS," ujarnya.

"Baik itu tanda gambar, warna atau ciri-ciri tertentu," kata Abdi saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (14/2/2024).

Setelah adanya informasi tersebut, KPU Kabupaten Serang melalui Panitia Pemungutan Suara (PPS) telah menegur KPPS agar mengganti pakaiannya.

Sehingga proses pemungutan suara dihentikan sementara.

Baca juga: Video Sejumlah Kades di Sidoarjo Deklarasi Dukung Paslon No Urut 2 Jadi Sorotan, Kini Diselidiki

"Sekarang laporan dari anggota di Pamarayan, sudah ganti kostum," ujar Abdi.

Ketua Bawaslu Kabupaten Serang, Furqon mengatakan, petugas KPPS harus menjaga netralitasnya.

Yakni dengan tidak menggunakan atribut atau warna pakaian serupa peserta Pemilu.

Furqon menegaskan, saat ini Bawaslu tengah mendalami kasus tersebut.

Jika terbukti ada kesengajaan, mereka terancam terkena sanksi.

"Jika penyelenggara menggunakan seragam menyerupai peserta Pemilu, bisa kena sanksi etik," kata Furqon.

Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) 07, Kampung Hanjuang, Desa Pasir Kembang, Kecamatan Pamarayan, Kabupaten Serang, Banten menggunakan kemeja warna biru langit, mereka langsung mengganti pakaian setelah ditegur KPU (Domumentasi KPU Serang)

Sementara itu seorang warga di Banten curhat gagal nyoblos karena TPS kebanjiran.

Padahal dirinya sudah mempersiapkan kandidat siapa yang akan dipilih di hari pencoblosan.

Ia mengaku rutin menonton debat Pilpres 2024.

Namun di hari pencoblosan justru tidak bisa menyalurkan hak suaranya.

Sosok warga tersebut bernama Fendy, warga Karang Timur, Tangerang, Banten.

Ia mengaku gagal mencoblos karena telat datang ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk memberikan hak suara dalam Pemilu 2024.

"Tadi sempat dihubungi keluarga, katanya masih bisa dan ditunggu," tutur Fendy saat ditemui Kompas.com di  TPS 12 Karang Timur, Rabu (14/2/2024).

Baca juga: Video Pemilih Ngaku Surat Suara di Jeddah Sudah Tercoblos 1 Paslon Jadi Sorotan, Bawaslu: Aneh

Begitu sampai TPS pukul 13.40 WIB, Fendy tidak bisa menyoblos karena TPS sudah ditutup.

Ia mengaku kecewa karena tidak bisa menyoblos.

Pasalnya TPS di domisilinya terendam banjir sehingga sulit diakses warga sekitar.

Sebelum itu Fendy beralasan masih ada urusan pekerjaan di pagi hari, atau ketika permukaan air akibat banjir belum meninggi.

"Ada kerjaan di luar dan enggak bisa ditinggal. Baru keluar pukul 11.00 WIB, dan macet dua jam karena banjir di Tangerang," ungkap Fendy.

Padahal, kata dia, sudah menyiapkan pilihan yang ingin dicoblosnya pada Pemilu kali ini.

"Sebelum ada debat juga saya sudah punya pilihan, terus nonton debat untuk memperkuat pilihan," ujar Fendy.

Ia sempat meminta keringanan pada petugas di KPS untuk mencoblos di TPS lain di Karang Timur.

Namun tak ada jawaban pasti dari petugas setempat.

Sehingga ia harus kembali ke rumah dan gagal menyoblos.

Kondisi Tempat Pemungutan Suara (TPS) 12 Karang Timur, Tangerang, Banten, Rabu (14/2/2024). (KOMPAS.com/KRISDA TIOFANI)

Sementara itu kondisi TPS terendam banjir juga terjadi di Bangkalan.

Hujan lebat mengguyur sejumlah kawasan di sisi utara Kota Bangkalan.

Tercatat, hujan turun sejak pagi hingga menjelang siang, Rabu (14/2/2024).

Akibatnya, air menggenangi hingga separuh lutut orang dewasa di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 25 Kelurahan Bancaran, Kota Bangkalan.

Kendati demikian, antusias masyarakat mendatangi TPS yang berlokasi di pekarangan warga tidak surut.

Layaknya genangan air yang masih bertahan meski hujan telah mereda.

Sejumlah warga bahkan menerabas banjir menggunakan sepeda motor maupun mobil untuk menggunakan hak pilihnya.

"Hujan sangat lebat sekali pada jam 9 pagi tetapi antusias masyarakat tetap tinggi untuk datang ke TPS."

"Ada warga yang membawa payung, ada juga mobil masuk ke area TPS."

"Termasuk KH Syaiful Mudhar Tabrani yang masih mengenakan sarung," ungkap Ketua KPPS 25 Kelurahan Bancaran, Shohibul Umam.

Ia menjelaskan, meski air menggunakan halaman dan sejumlah sudut TPS, keberadaan surat suara dan kotak suara kondisinya aman dari genangan banjir.

Hal itu sudah diantisipasi begitu awan mendung mulai menggelayut di langit utara Kota Bangkalan.  

"Alhamdulillah surat suara dan kotak suara aman dari hujan, tidak basah sedikit pun."

"Angka kehadiran di angka sekitar 95 persen, tersisa 10 lembar surat suara dari total DPT sejumlah 219," pungkasnya.

Berita Terkini