Ia juga mengaku karena ada makan siang gratis, uang jajannya jadi utuh.
"Jadi enggak jajan lagi karena ada makan gratis," ujarnya.
Baca juga: Gibran Optimis Makan Siang Gratis Sukses, Asosiasi Guru Tolak Tak Mau Menderita: Tidak Manusiawi
Di sisi lain, pengamat kebijakan publik dari STAI Dr KH EZ Muttaqien, Purwakarta, Srie Muldrianto menilai, simulasi makan siang gratis yang dilakukan Dedi Mulyadi adalah salah satu cara untuk menarik simpati Prabowo Subianto.
Menurut Srie, Dedi Mulyadi adalah sosok politisi pekerja.
"Ia politisi yang tidak pernah bisa diam. Ada saja ide dan gagasan yang ia lakukan.
Pak Prabowo membutuhkan karakter orang seperti KDM yang dapat mengimplementasikan konsep yang dibuat Prabowo.
Di lain pihak, KDM juga membutuhkan dukungan untuk keinginan politiknya sehingga terjadi simbiosis mutualisme," ucap Srie kepada Tribun Jabar, Senin (4/3/2024).
Sebagai pendatang baru di Partai Gerindra, menurut Srie, KDM harus membuktikan bahwa dirinya memiliki kinerja yang baik dalam berpolitik.
"KDM ingin membuktikan bahwa kehadiran dirinya berdampak pada Pak Prabowo," ujarnya.
Meski demikian, Srie menilai bahwa KDM masih perlu banyak belajar untuk di tingkat Jawa Barat atau pun pemerintahan pusat.
"KDM itu politisi kawakan yang susah diikuti, khususnya di Purwakarta. Tapi untuk tingkat Jawa Barat dan pusat, dia masih harus banyak belajar," ucapnya.
Seringnya KDM memberikan pernyataan mendukung program yang diusung oleh Prabowo Subianto, menurut Srie, adalah bagian dari langkah Dedi untuk mendapat simpati dan relasi dari kalangan politisi atas.
"KDM ini tampaknya sedang membangun relasi dengan kalangan menengah atas. Karena inilah kelemahan dia.
Dia memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas bergaul dengan kelas kebanyakan. Tapi ketika memasuki pergaulan kelas menengah atas, ia mengalami kendala," ujarnya.
"Saya menduga dia sedang memainkan peran untuk meraih simpati Pak Prabowo demi untuk kepentingan politiknya yang mulai meredup, pungkas Srie.