"Perusahaan ini minta dibantu dicarikan lahan seluas 2 hektar untuk pabrik dengan 2.000 karyawan. Namun kami masih kesulitan," sambung Fajar.
Menurutnya, sejauh ini memang belum ada lahan yang diperuntukkan kawasan industri di Kabupaten Tulungagung.
Sementara mayoritas lahan di Kabupaten Tulungagung, terutama di daerah pinggiran adalah lahan milik Perhutani.
Prosentase lahan yang dikuasai Perhutani ini mencapai 60 persen dari luas kawasan.
Baca juga: Dewan Sesalkan Anjloknya Investasi di Jember Selama 2024, Beberkan Sejumlah Faktor Penyebab
"Kendala lainnya tidak ada kawasan industri yang dimasukkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Untuk mengajukan perubahan RTRW ini sekarang harus sampai ke pusat, apalagi kalau menyangkut lahan pertanian pangan berkelanjutan," ucap Fajar.
Salah satu pengungkit daya tarik investasi di Tulungagung adalah keberadaan Bandara kediri dan disusul Tol Kediri-Tulungagung.
Ditambah Jalur Lintas Selatan (JLS) yang akan membuka akses ke banyak destinasi wisata Pantai.
Sejauh ini JLS berhasil menarik investor untuk mengelola Pantai Midodaren yang ada di Desa Besuki, Kecamatan Besuki.
Investasi sektor wisata ini telah menyedot langsung tenaga kerja lokal.
Selain itu investasi di sektor wisata juga sangat strategis, karena mengundang wisatawan datang ke Tulungagung.
Mereka akan membelanjakan uangnya di wilayah Tulungagung, sehingga menggerakkan ekonomi warga.
"Memang ada bagi hasil langsung, misalnya dari tiket. Tapi yang terbesar adalah banyaknya wisatawan yang datang, menggerakkan ekonomi warga," paparnya.
Untuk memudahkan calon investor, DPMPTSP Tulungagung menyiapkan sebuah aplikasi berisi potensi usaha di Tulungagung.
Aplikasi ini akan memuat potensi di setiap kecamatan. Fajar menargetkan aplikasi ini selesai di semester pertama 2024.
"Calon investor tinggal klik, semua potensi di setiap kecamatan. Datanya sekarang sedang digarap, aplikasinya juga sedang dikerjakan," tegas Fajar.
Selain itu DPMPTSP juga menitipkan profil peluang investasi Tulungagung ke Pemprov Jatim.
DPMPTSP juga aktif ikut pameran untuk menawarkan investasi ke para investor.
Sementara di dalam, DPMPTS aktif jemput bola memfasilitasi usaha lokal.
"Kami sering keliling, misalnya memfasilitasi UMKM yang akan melegalkan usahanya," pungkas Fajar.