TRIBUNJATIM.COM - Berikut ini riwayat pendidikan dan karier Budi Santoso.
Rektor Universitas Airlangga atau Unair, Prof Mohammad Nasih memberhentikan Prof Dr Budi Santoso dr SpOG (K) Subsp FER dari jabatan Dekan Fakultas Kedokteran Unair.
Sebelum dicopot, Budi Santoso sempat dipanggil menghadap rektor, Senin (1/7/2024).
Saat dipanggil, Budi Santoso diminta menjelaskan soal pernyataannya yang menolak dokter asing praktik di Indonesia.
Dua hari setelah menghadap rektor, pada Rabu (3/7/2024) sore, dia pun menerima SK pencopotan.
"Assalamualaikum wr wb, Bpk ibu Dosen FK. Unair, per hari ini sy diberhentikan sebagai Dekan FK. Unair, sy menerima dengan lapang dada dan ikhlas, Mhn maaf selama sy memimpin FK. Unair ada salah dan khilaf, mari terus kita perjuangkan FK. Unair tercinta untuk terus maju dan berkembang, Aamiin3x , salam hormat untuk guru, senior dan sejawat semuanya," demikian salinan pernyataan Budi Santoso yang viral di media sosial dan grup WhatsApp.
Baca juga: Pamit Terakhir Dekan FK Unair usai Dicopot Imbas Tolak Datangkan Dokter WNA, Kemenkes: Menyelamatkan
Sebelum Budi Santoso dicopot, Menkes Budi Gunadi Sadikin juga angkat bicara terkait dengan penolakan dokter asing.
Kata Menkes, pemerintah membuat kebijakan dokter asing boleh berpraktik di Indonesia untuk menyelamatkan 6.000 dari 12.000 lebih bayi yang memiliki kelainan jantung bawaan.
Budi Sadikin menyebutkan, Indonesia sejauh ini hanya memiliki kapasitas melayani 6.000 bayi kelainan jantung per tahun sehingga butuh kedatangan dokter asing.
"Kalau enggak (cepat ditangani) meninggalnya tinggi. Sampai sekarang kapasitas kita melakukan operasi itu 6.000 per tahun, jadi 6.000 bayi tidak tertangani. Nah, kedatangan dokter asing itu sebenarnya untuk menyelamatkan 6.000 nyawa ini," kata Budi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (2/7/2024).
Budi Sadikin mengungkapkan, bayi-bayi dengan kelainan jantung itu harus dioperasi secepat mungkin untuk meminimalisasi potensi kematian.
"Bayi-bayi ini memiliki risiko tinggi untuk meninggal. Kalau kita tunggu risikonya makin tinggi," ujar dia.
Budi Sadikin menuturkan, mendatangkan dokter asing ke dalam negeri bukan karena keahlian dokter di Indonesia tidak mumpuni, melainkan hanya karena kurangnya jumlah tenaga medis.
Ia percaya, dokter-dokter di dalam negeri tidak kalah saing dengan kehebatan dokter luar.
"12.000 ibu-ibu akan sedih kalau bayinya kemudian cacat jantung bawaan. Enggak ada hubungannya dengan kualitas dokter, enggak ada hubungannya dengan kemampuan dokter kita," tandas Budi Sadikin mengatakan.