TRIBUNJATIM.COM - Nasib seorang pemuda yang disekap oleh sejumlah temannya lalu disiksa selama 3 bulan.
Korban berinisial MRR (33) itu disekap di sebuah kafe di Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, periode Maret-Juni 2024.
Penyiksaan itu dilakukan secara berulang-ulang selama tiga bulan.
Tak hanya disiksa, korban juga dilecehkan.
Baca juga: 4 Pelaku Perempokan yang Sekap Ibu Rumah Tangga di Malang Dibekuk, 2 Ditetapkan DPO
Pengacara MRR, Muhamad Normansyah mengatakan, penyiksaan sangat tidak manusiawi karena dilakukan berulang-ulang oleh pelaku utama berinisial H dan puluhan temannya.
"Selama mereka menyekap, korban ini diborgol, kakinya diikat. Alat kelamin dimasukkan bubuk cabai dan dibakar, ditelanjangi," kata Normansyah dikutip dari TribunJakarta, Senin (8/7/2024).
Menurutnya, MRR juga mengalami tindak penganiayaan berupa dipukul secara bergantian oleh sekitar 20-30 orang, bagian puting dijepit menggunakan tang potong.
Kemudian dipaksa memakan batu kerikil dan puntung rokok, dilempar tabung gas di bagian kepala (belakang), sekujur badan disundut rokok, muka dilempar tong sampah berbahan besi.
"Kepala dipukul menggunakan asbak beling, dicambuk menggunakan selang dan ikat pinggang di sekujur tubuh. Saya rasa ini sangat tidak manusiawi dilakukan ke manusia lain," ujar Normansyah.
Motif Penyiksaan
Adapun motif penyiksaan diduga karena MRR tidak dapat membayarkan uang keuntungan hasil penjualan mobil yang sudah disepakati antara korban dan pelaku.
Pasalnya sejak Oktober 2023 antara MRR dan H memang bersepakat untuk melakoni bisnis jual beli mobil, dengan persentase pembagian keuntungan sebesar 60/40.
Tapi saat transaksi keempat, karena terdesak kebutuhan pribadi MRR terpaksa menggunakan uang hasil keuntungan yang harusnya diserahkan kepada H dengan nilai sekitar Rp100 juta.
Meski sebelum kejadian MRR sudah berupaya mencicil utang tapi H tetap tak terima, bahkan meminta korban membayar utang dengan bunga sehingga nilainya menjadi Rp300 juta.
"Karena memang korban ini pandai melakukan jual beli mobil. Dipakai kelebihannya. Korban juga punya usaha di cafe (tempat disekap). Ada usaha burger, roti bakar," tutur Normansyah.
Untuk mengelabui pihak keluarga bahwa MRR dalam keadaan sehat para pelaku sempat mengizinkan korban bertemu langsung dengan pihak keluarga di cafe tempat penyekapan terjadi.
Dalam setiap pertemuan itu MRR hanya diberikan waktu 10 menit untuk bertatap muka dengan pihak keluarga, pertemuan pun terjadi dalam keadaan korban dijaga oleh sejumlah pelaku.
Saat hari raya Idulfitri 1445 Hijriah MRR sempat diperbolehkan pulang oleh para pelaku, tapi hanya satu hari hingga akhirnya korban kembali disekap lalu dianiaya secara bergantian.
Penyekapan dialami MRR baru berakhir pada 1 Juni 2024 saat pihak keluarga melakukan upaya negosiasi dengan pelaku untuk 'menukar' korban dengan ganti seorang kakak MRR.
"Cara bebasnya itu korban dibarter sama kakaknya. Jadi kakaknya korban sempat ditahan di sana satu hari. Waktu itu pihak keluarga barter karena takut untuk lapor polisi," lanjut Normansyah.
Meski kini sudah bebas, MRR belum dapat sepenuhnya bernafas lega karena dia masih harus menjalani proses pemulihan atas luka-luka fisik diderita dan trauma yang dialami.
Paman MRR, Yusman mengatakan akibat penyekapan dan penyiksaan dialami selamanya hampir tiga bulan tersebut kini keponakannya mengalami gangguan saraf dan kejiwaan.
Informasi ini diperoleh pihak keluarga usai melakukan Visum et Repertum di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Duren Sawit untuk keperluan alat bukti penyelidikan kasus dilaporkan.
"Efek dari benturan-benturan itu berimbas ke sarafnya dan kejiwaan. Kata dokter harus ada pengobatan lanjutan. Biasanya anak ini ceria, sekarang sering blank (bengong)," kata Yusman.
Merujuk keterangan tim dokter RSKD Duren Sawit yang menangani, Yusman menuturkan perlu waktu untuk pemulihan lebih lanjut hingga kejiawaan MRR dapat pulih total dari trauma.
Namun untuk sementara MRR yang masih tercatat sebagai mahasiswa itu kini menjalani rawat jalan untuk pemulihan fisik luka-luka diderita, dan pendampingan psikologis.
"Ketakutannya tinggi, melihat mobil-mobil (melintas) dianggapnya pelaku. Dokternya bilang butuh waktu lama untuk pengobatan jiwa (pemulihan trauma akibat disiksa)," ujar Yusman.
Sementara itu kasus penyekapan juga pernah terjadi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Viral di media sosial sebuah video berisi detik-detik penggrebekan viral.
Dalam narasi yang beredar diungkap bahwa video itu berisi detik-detik penggrebekan 5 orang janda yang menyekap seorang pria brondong.
Sorotan terhadap kasus 5 janda sekap brondong itu akhirnya menjadi ramai di media sosial.
Kini terungkap fakta terkait video yang viral dan menyita perhatian tersebut.
Satpol PP buka suara terkait kebenaran video itu.
Setelah viralnya video diduga lima janda kurung satu brondong, Satpol PP setempat buka bicara.
Kabid Tibum-Tranmas Satpol PP Agam Yul Amar, mengatakan, bahwa lima janda yang dimaksudkan dalam video itu tidaklah benar.
Ia menjelaskan dari kelima yang disebut janda dalam video itu masih ada anak di bawah umur.
Di antaranya adalah R (16), C (16) dan AN (16).
"Sedangkan dua perempuan lagi masih remaja yaitu R (19) dan M (29)," kata Kabid Tibum-Tranmas Satpol PP Agam Yul Amar dilansir Tribun Jatim via Tribun-Medan.com
Baca juga: Penyesalan Pria Beli Rumah Rp 12 M, Kaget Temukan Mayat saat Pindahkan Barang, Ternyata Ulah Janda
Ia juga membantah bahwa dalam video yang beredar disebut lelaki yang dikurung masih di bawah umur.
Padahal lelaki berinisial ES tersebut sudah berusia 28 tahun.
Hanya saja pihaknya belum bisa memastikan bagaimana status lima perempuan dan satu pria itu pasca pengamanan.
Mengingat masyarakat dan perangkat nagari meminta agar kasus itu mereka yang tindaklanjuti untuk menghadirkan efek jera.
"Kita sudah kontak perangkat nagari tapi belum ada respon," jelasnya.
"Soalnya penyelesaiannya diminta masyarakat melalui peraturan nagari. Makanya kami serahkan ke nagari,” pungkasnya.
Fakta tersebut menjawab viralnya berbagai sorotan terkait video yang beredar.
Baru-baru ini video dinarasikan penggerebekan 5 orang janda menyekap 1 pria di bawah umur viral di media sosial.
Dimana dalam video yang beredar, 5 orang janda disebut menyekap berondong di Agam, Sumbar.
Video tersebut telah diunggah berulang kali di berbagai platform media sosial dan menjadi perbincangan warganet.
Salah satu pengunggah yaitu akun @paitakajuik yang telah mendapatkan hampir 700 tanggapan, dan dibagikan 169 kali di Instagram.
Pada unggahan tersebut ditulis caption, "Nekat Kurung Seorang Pria Yang masih dibawah Umur 5 Orang Janda Digrebek Warga Sikabu Kampung Tangah Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam yang sudah resah, Kamis 10/5/2024."
"Demi keamanan serta meminta keterangan 5 orang Janda dan Satu Brondonk tersebut satpol PP agam membawa mereka Ke Kantor Satpol PP Agam."
Unggahan tersebut lantas mendapatkan beragam tanggapan dari warganet.
"Dikuruang 5 janda???? Jadikan aku muridmu guru????" tulis akun @wira_yd***.
"Otomatis kaum bapack pada iri," tulis akun @will_iams***.
"Buseeetttt...," akun @rikorahmad*** ikut mengomentari.
Baca juga: Pria ini Emosi Dengar Janda Muda Ingin Rujuk dengan Mantan Suami, Ending Maut: Tinggal Kerangka
Kisah lain soal janda juga pernah viral.
Sebut saja namanya Mawar. Janda usia 40 tahun itu ditipu oleh Ian, lelaki yang mengaku-ngaku bekerja sebagai nahkoda. Namun status tersebut ternyata palsu.
Naasnya, korban sudah terlanjur percaya. Keduanya sempat menjalin hubungan asmara. Saking jagonya pelaku ini sampai bisa menggasak mobil korban.
Ian melakukan perbuatan tersebut bersekongkol dengan temannya, Robin. Untungnya korban cepat menyadari penipuan itu. Mereka berdua kini ditahan di Polsek Bubutan.
Kapolsek Bubutan, Kompol Dwi Okta Herianto menjelaskan modus penipuan ini. Mulanya pada 10 Maret lalu Mawar dan Ian bertemu di bus saat melakukan perjalanan menuju Pelabuhan Tanjung Perak. Keduanya saat itulah berkenalan.
Pelaku yang rambutnya plontos mengaku-ngaku kalau sehari kerja sebagai nahkoda. Ternyata korban percaya. Sejurus dengan itu, keduanya bertukar nomor telepon, dan setelah itu saling bertukar kabar.
Setelah melakukan komunikasi melalui telepon genggam, sepuluh hari kemudian Ian bisa mengajak Mawar kencan. Keduanya memutuskan bertemu di Pasuruan. Nah, saat itu Ian mengajak temannya Robin.
"Mereka berdua berangkat dari Jakarta ke Pasuruan. Lalu sampai sana dijemput korban menggunakan mobil Daihatsu Ayla berwarna putih, lalu ketiganya melakukan perjalanan ke Malang," ujarnya.
Setelah puas berjalan-jalan, korban dan kedua pelaku melanjutkan perjalanan ke Surabaya. Ian meminta korban untuk mengantarkannya ke Surabaya dengan alasan menjenguk kaptennya yang sedang sakit.
Sesampainya di Surabaya, Ian menyuruh korban untuk mandi terlebih dahulu di Stasiun Pasar Turi karena akan bertemu kapten pelaku.
Baca juga: Dulu Disepelekan, Pria Kini Nekat Nikahi Janda Tua yang Dipacari, Beri Mahar Rp 175 Juta
" Awalnya korban menolak untuk mandi di Stasiun Pasar Turi dan akhirnya mencari kamar mandi SPBU yang lebih bersih," ucapnya.
Saat korban mandi di SPBU, sifat asli Ian dan Robin muncul. Mobil pribadi korban dibawa kabur. Ian kemudian menelpon seseorang di Jakarta untuk menggadaikan mobil milik korban, namun dititipkan terlebih dahulu di Madura.
"Mobil korban berhasil digadaikan dengan uang muka Rp. 5 juta yang diterima pelaku melalui transfer bank," ungkapnya.
Setelah mendapatkan uang tersebut kedua pelaku memutuskan untuk pulang, namun sebelum sampai di Jakarta kedua pelaku berhasil diamankan oleh anggota polisi Polres Tanjung Perak Surabaya.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com