Lokasinya tak jauh dari kota Singaraja, Buleleng.
Produk yang dia buat tersebut pun tak hanya diserap oleh pasar lokal saja, tetapi sudah dipesan di Spanyol, Jepang, Australia, Dubai, hingga ke Malaysia.
Untuk pasar dalam negeri, permintaan terbanyak datang untuk produk jadi seperti meja, kursi, dan sejenisnya.
"Produk yang dibuat paling sekitar seminggu. Untuk pewarnaan kita tidak gunakan. Kita murni warna sampah itu sendiri," imbuh Eka
Baca juga: 8 ABK Hilang, Kesaksian Korban Selamat Kapal Nelayan Prigi Terbalik di Blitar: Saya Pikir Sudah Mati
Dengan luas sekitar 7 are, Rumah Plastik kini mempunyai beberapa orang pekerja yang tugasnya berbeda-beda.
Pria 34 tahun ini bahkan juga mempekerjakan sejumlah ibu rumah tangga untuk memilah sampah sebelum dicacah.
"Awalnya kami tak ada pekerja, dulu dibantu keluarga. Ya, karena sudah ada profit, kita perlahan mengambil karyawan," katanya
Eka Darmawan menyebut, usaha daur ulang sampah diharapkan bisa bermanfaat bagi orang banyak.
Selain itu, usaha ini juga sebagai edukasi bagi masyarakat bahwa sampah itu bernilai.
Baca juga: Petaka Momen Upacara Sedekah Laut di Trenggalek, Kapal Bawa Tumpeng Terbalik, 3 ABK Tercebur: Tolong
Ke depan, ia berencana membuat sekolah non formal yang khusus mengolah sampah, sehingga, ketika sudah lulus nanti, para siswa bisa mandiri.
"Saya punya cita-cita membuat sekolah. Nanti anak-anak diajarkan untuk mengolah sampah dengan memasukan dalam kurikulum. Bukan sekolah formal namun sekolah khusus skill," katanya.
Meski terbilang sukses dalam penanganan sampah di Buleleng, Eka menilai perhatian pemerintah terhadap usahanya masih sangat minim.
"Pemerintah daerah masih minim perhatian. Saya harap bisa beri perhatian lebih khususnya dalam pengelolaan sampah plastik ini," ujarnya.
Baca juga: Kronologi ABK KM Harapan Baru Tenggelam, Sempat Terlihat Memilah Ikan di Kapal
Kehidupan bekerja sebagai Anak Buah Kapal atau ABK memang susah susah gampang.
Misalnya saja nasib tragis dialami oleh (ABK) Desa Slaharwotan, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan.