“Bahkan ada YouTuber yang kontenin saya ketika keberangkatan,” jelasnya.
Alhasil Sanuri telat dua jam dari jadwal, dirinya berangkat pukul sembilan lewat.
Hari pertama dihadapinya dengan enjoy dan santai, bahkan beban lelah maupun letih menggoes sepeda tak terlintas sama sekali.
Hari demi hari dihadapi olehnya di perjalanan, suasana para pengendara lain silih berganti dilihatnya bahkan dengan kemacetan sekalipun.
Selama di perjalanan, Sanuri hanya menggoes ketika pagi dan menginjak petang saja.
Baca juga: Sosok ASN Gowes dari Malang ke GBK Demi Korban Tragedi Kanjuruhan, Nangis di Pemberhentian Terakhir
Dirinya beralasan, malam lebih baik digunakannya untuk istrahat, maka dari itu lepas salat isya waktunya dihabiskan dengan tidur.
“Tidur saya di masjid, koramil dan polsek, lebih aman di sana,” sambungnya.
Kendala di perjalanan, Sanuri juga tak risau, beberapa peralatan emergensi dibawanya bila ada sesuatu dengan sepeda berwarna kuning dengan merek United yang dibeli beberapa tahun lalu.
“Ada pompa dan kunci-kunci yang saya bawa, digantungkan di belakang sepeda,” jawabnya.
Bulat tekad bertemu cucu, kadang muncul selalu dipikirannya.
Dengan gowesan 20 km per jam, jadi alasan, hari ke sepuluh di tanggal 5 Agustus sore dirinya bisa sampai di rumah.
“Sejujurnya saya tak pernah cerita ke anak kalau mau kesini, apalagi dengan sepeda,” pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunLampung.co.id
Berita Viral dan Berita Jatim lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com