"Biasanya kalau di kampung orang belum tentu punya uang, tapi kebutuhan (selalu) ada.
Makanya satu-satunya jalan bagaimana kalau warga ini bisa terakomodir kebutuhannya, tidak harus punya uang," kata Sarjino yang juga Wakil Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Sidorejo.
Adanya kesadaran ini, membuat warung kejujuran masih berjalan hingga saat ini.
Warung kejujuran ini pun masuk ke dalam kelompok usaha bersama (KUBE) Koperasi Ngudi Rukun Desa Sidorejo.
Kisah warung kejujuran ini sampai viral di media sosial Instagram.
Lantas bagiamana sistem warung kejujuran di lereng Merapi ini?
Warung kejujuran di lereng Merapi ini buka 24 jam.
Tidak ada warga yang ditugasi khusus untuk menjaga warung ini.
Mereka yang berbelanja tinggal datang ke warung lalu masuk.
Warga setempat tahu di mana letak kunci untuk membuka warung.
Uang kembalian juga sudah tersedia di warung ini.
"Orang yang datang ke warung masuk saja. Kunci memang sekarang dikunci, tapi semua orang tahu dimana (kunci)," ucap warga setempat, Sarjino.
"Malam pun silakan, uangnya semua di situ untuk ambil kembalian," tambahnya.
Warga juga diperkenankan untuk berutang di warung kejujuran ini.
Bila berutang, warga diminta untuk menuliskan nominal utang dan barang yang dibeli.