Yang terpenting menurutnya, dari usaha yang dijalani, dia dan suaminya dapat makan, bisa belanja kembali untuk bahan jualan, dan bisa menyekolahkan anaknya.
"Pernah sampai Rp4-5 juta per hari, sekarang memang lagi agak turun, enggak tahu gimana, namanya juga usaha. Sekarang di angka Rp2 juta per hari," katanya.
Padahal saat mulai membuka warung seblak, omzetnya jauh dari kata cukup.
"Waktu merintis ya paling Rp100 ribu, atau kalau lagi bagus Rp200 ribu.
Sekarang alhamdulillah, bisa beli tanah dari jualan seblak, bisa nyicil mobil," kata Susan kepada Tribun Jabar, Junat (23/8/2024).
Baca juga: Modal Rp800 Ribu, Pria Buka Warung Konsep Minimarket di Kamar Tidurnya, Utang Lunas selama 30 Hari
Jika sehari saja omzetnya paling rendah Rp2 juta, sebulan bisa dapat Rp60 juta.
Susan dan suaminya pun tak menyangka bisnisnya akan banyak menghasilan uang.
"Tujuan hidunya ibadah, yang dikejar akhirat dunia pasti ikut, inginnya bisnis maju bisa tambah ramai lagi, bisa lebih ramai ada buat bisnis keluarga."
"Pengin buka lapangan kerja, pengin buka cabang, namun belum tereaslisasi," katanya.
Susan mengaku belum bisa membuka cabang karena dana pengembangannya yang masih belum cukup.
Namun dia menikmati perjalanan usahanya yang perlahan namun pasti.
Melihat usahanya yang maju, perbankan melirik hingga banyak yang menawari Susan uang pinjaman dengan plafon Rp100 juta.
Namun, untuk saat ini Susan tidak mengambil sebab masih ada cicilan yang harus dibayarkan.
"Saya kayaknya kurang-kurangin minjem, soalnya udah banyak cicilan. Tapi mungkin (suatu waktu) diambil," tuturnya.
Warung seblak Susan awalnya punya karyawan tujuh orang, namun seorong berjalannya waktu, sisa lima orang.
Seblak sendiri adalah makanan berkuah dengan bumbu rempah yang kental, terutama aroma kencur yang kuat.
Seblak berisikan kerupuk sebelum digoreng, bakso ikan, bakso sapi, tulang ayam, hingga ceker ayam.
"Menunya masih kerupuk, makaroni, mie, sioamay, tahu kering, tulang, ceker, baso aci, bakso besar, dan sebagainya," ujar Susan.
Bakso besar, tulang, dan ceker ayam di seblak Susan menjadi pembeda dari penjual-penjual lainnya.
Para pembeli berkomentar, bahwa tulang dalam setiap porsi Seblak Susan selalu banyak.
"Harganya mulai Rp7 ribu, kadang minta seporsi yang Rp50 ribu," katanya.
Soal bahan, dia membeli kerupuk dua puluh bal dalam seminggu.
Tulang ayamnya, sehari satu kuintal.
Ada grosir yang mengirimnya, jadi jika habis, Susan tinggal menelpon dan kiriman datang.
"Apa ya bedanya, mungkin rasa atau udah legend dari dulu, tapi ah, namanya rezeki kan, rejeki udah diatur.
Mungkin juga karena pelanggannya udah banyak dari dulu. Di sini ada bakso jumbo atau porsi tulangnya yang banyak," katanya.
Seblak yang dijual Susan laku karena masuk untuk semua kalangan seperti anak kecil, dewasa, orang tua, termasuk bapak-bapak.
"Kayaknya tulang dan bakso jumbo, padahal biasa, tapi memang ada bumbu rempah yang dimasukkan, serai, salam, dan bumbu kencur," paparnya.
Baca juga: Aksi Wanita Masak Lauk untuk Seharian Modal Uang Rp 2000 Viral, Beli Telur di Warung Cuma Sebutir
Salah satu pembeli, Tegar Khoirurijal (25) datang bersama pacarnya dari Kecamatan Buahdua ke warung seblak Susan.
Ia baru pertama kali ke tempat itu.
"Enak seblaknya, kadang-kadang di tempat lain juga beli, tapi ini ada bedanya, Lebih gurih, enak, dan rasanya pas, harga terjangkau," katanya.
Satu porsinya bervariasi, Tegar mengaku beli yang Rp17 ribu, dengan menu tulang, kerupuk, mie, bakso besar, dan tahu kering.
Sementara pembeli lain Gisti (30) dari Kecamatan Cimalaka sengaja datang ke warung seblak Susan.
Dia mengaku sering datang ke tepat tersebut jika libur kerja.
"Kalau libur saja, Sabtu-Minggu, biar enggak pusing saja, jajan yang pedes-pedes.
Sudah berlangganan kurang dari setahun, enak, makanya ke sini lagi ke sini lagi, harganya juga murah. Enak, murah, banyak," kata Gisti.