TRIBUNJATIM.COM - Kisah Suripno yang menjaga dapur warga tetap ngebul selama 15 tahun menarik perhatian.
Ia mampu berkat memanfaatkan limbah tahu di Desa Kedungdowo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus.
Kini ada empat warga yang turut kecipratan untung dari kegiatan yang dilakukan Suripno.
Baca juga: Tangis Sarmi Sang Cleaning Service, Berdoa PT Sritex Tempatnya 24 Tahun Bekerja Tak Pailit & Bangkit
Suripno tampak selalu tersenyum saat bolak-balik mengecek saluran pembuangan air limbah tahu.
Ia memastikan air sisa produksi mengalir lancar menuju tangki biodigester, yang terletak hanya beberapa meter saja dari rumah produksi tahu putih.
Air limbah tahu adalah cairan yang berasal dari pemrosesan kedelai menjadi tahu.
Proses pembuatan tahu menghasilkan limbah padat berupa ampas tahu dan limbah cair.
Limbah cair inilah yang biasanya dibuang begitu saja, sehingga mempengaruhi kualitas air dan memunculkan bau yang tak sedap.
Namun air limbah tahu nyatanya bisa lebih bermanfaat bila diolah menjadi biogas.
Tubuh bugar Suripno mondar-mandir dari rumah produksi tahunya ke kebun sebelah, dimana tangki biodigester ditanam.
Kedua matanya terbelalak di dua tangki biodigester yang sudah berumur puluhan tahun.
"Dua tangki itu, menyimpan biogas. Ukurannya sih sekitar 4x3meter persegi, kalau kedalamannya sekitar 3 meteran," jelasnya.
"Jadi air limbah tahu itu ngalir ke sini lewat pipa yang sudah ditanam," imbuh Suripno kepada Tribun Jateng di suatu sore pada Selasa (6/8/2024).
"Kalau air limbahnya lewat pipa yang ditanam, jadinya juga tidak bau. Tahu sendiri limbahnya seperti apa baunya," sambungnya.
Rumah produksi tahu yang Suripno kelola ini sudah berdiri sejak 1970-an.