"Di mana anak-anak jurusan biologi atau IPA bisa menggunakan metodologi bakteri sebagai mengurai sampah dengan menggunakan R4 (reduce, reuse, recycle, replace)," terang Dedi.
Study tour juga dianggap bisa menjadi persoalan semisal anak-anak tidak dapat mengikuti akibat kendala finansial.
Baca juga: Terlanjur Viral Buat Video Pria Dipenjara karena Tabrak Bebek, Briptu Nurkholis Kini Disanksi Propam
Larangan ini pun menuai beragam tanggapan dari orang tua murid.
Warga Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, Riza (43), mendukung kebijakan tersebut karena biaya study tour saat ini dianggap terlalu mahal.
"Saya sih setuju karena biaya study tour cukup mahal," tutur Riza saat ditemui di Sukabumi, Selasa (18/2/2025).
Ia juga menilai bahwa banyak kegiatan study tour hanya berfokus pada rekreasi tanpa memberikan manfaat keilmuan yang cukup bagi siswa.
Namun pendapat berbeda disampaikan oleh Somantri (37), yang masih mendukung kegiatan study tour.
Menurut dia, kegiatan ini tetap memiliki nilai positif, asalkan dipersiapkan dengan matang.
"Ini kan larangan keluar setelah beberapa kejadian study tour berujung maut."
"Nah, berarti pihak sekolah harus menyiapkan betul persiapan study tour itu, termasuk dengan pengecekan vendor transportasi," ujar Somantri.
Informasi lengkap dan menarik lainnya diĀ Googlenews TribunJatim.com