"Katanya digaji, tetapi ya gitu, bersihnya setelah banyak banget yang jatuh," imbuhnya.
Warga di Jalan Untung Suropati hidup berdampingan dengan sistem pengelolaan sampah kota yang tak tertata dengan baik.
Mereka bukan penolak TPA, karena mereka tahu kota ini butuh tempat untuk membuang.
Tapi mereka bertanya, haruskah mereka yang menanggung baunya setiap hari?
Warga kawasan ini punya satu harapan kecil yang terus dia ulang.
Setidaknya agar bak truk diperbaiki, agar ditutup rapat, tak ada lagi sampah yang beterbangan karena angin.
Harapan sederhana dari orang-orang yang terlalu lama hidup berdampingan dengan hal yang seharusnya tak mereka tanggung sendirian.
"Kalau bisa, kami cuma ingin udara bersih. Rumah bersih, jalan bersih, cuma itu saja," harap Sobirin.
Sementara itu, pemerhati lingkungan yang juga dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Unissula Semarang, Dr Mila Karmilah, menilai kualitas armada pengangkut sampah di Kota Semarang masih di bawah standar.
Dia menyebutkan, beberapa truk yang digunakan untuk mengangkut sampah tidak memenuhi standar kelayakan operasional.
Truk-truk tersebut, menurut Mila, seharusnya tidak hanya dinilai dari jumlahnya, tetapi juga kelengkapan fasilitas dan kelayakannya.
Salah satu yang menjadi perhatian ialah kondisi bak truk yang usang dan berlubang.
Serta ketiadaan penutup atau jaring pada bak truk yang menyebabkan sampah mudah tercecer selama proses pengangkutan.
"Sampah yang jatuh di jalan tak hanya menimbulkan bau, tetapi juga bisa membahayakan pengendara, terutama pengguna sepeda motor," ujar Mila, Jumat (11/4/2025).
Baca juga: Rahma 4 Hari Hilang di Sungai, Polisi Curiga Punya Utang Ratusan Juta di Bank BUMN, Bantah Mistis
Selain itu, dia juga mencatat masih adanya truk yang tidak layak jalan tetapi tetap dioperasikan.