Namun aset rumah dan tanah keluarganya sudah habis dijual sehingga dia hanya bisa tinggal di kontrakan.
Dia mengontrak dengan biaya Rp500 ribu per bulan.
"Saya mah ngontrak, bapak. Saya mah dari dulu di sini, rumahnya dijual-jualin sama emak, jadi enggak punya rumah," kata ibu PKL tersebut.
Dia juga bercerita bahwa suaminya merupakan seorang petugas satpam.
Namun perusahaan tempat suaminya bekerja tersebut bangkrut karena pandemi Covid-19, sehingga suaminya jadi pengangguran.
"Dikasih solusi mau enggak?" tanya KDM.
"Suami ibu jadi tim penyapu saya, sebulan Rp4 juta gajinya, nyapu di sini atau ikut sama saya," sambung KDM.
Ibu PKL itu pun sumringah dan mengiyakan solusi yang ditawarkan KDM.
Namun dia kemudian menyebut PKL pedagang minuman teh poci di sekitar tempat itu.
"Pak kalau (pedagang) teh poci?" tanya ibu PKL tersebut.
"Orang mana pedagang teh poci?" timpal KDM.
"Anak saya," timpal ibu PKL tersebut.
"Ya Allah, KKN sekeluarga, habis semua (trotoar)," kata KDM terkejut.
"Mundur dulu aja, teh poci mah jangan jualan di pinggir jalan. KKN teh bukan sekedar di birokrasi, pedagang kaki lima juga KKN, trotoar habis oleh mereka semua," sambung KDM.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com