Ia mengungkapkan, masyarakat hendaknya lebih waspada terhadap ancaman DBD yang merupakan penyakit akibat virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti yang aktif di pagi dan sore hari.
Sedangkan, fogging hanya efektif untuk membasmi nyamuk dewasa sehingga warga diharapkan melakukan tindakan pencegahan.
"Sekarang lagi musimnya DBD, masyarakat harus berhati-hati, terutama untuk potensi-potensi yang mengakibatkan terjadinya jentik aedes aegypti," ungkap Gus Barra.
Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Mojokerto, dr Agus Dwi Cahyono menjelaskan, puncak kasus DBD terjadi pada Februari 2025.
"Kasus DBD pada Januari 13 kasus, dan meningkat sebanyak 34 pada Februari 34. Sampai saat ini total 51 kasus DBD," pungkasnya.
Ia menyebut, lonjakan kasus DBD karena faktor cuaca diduga memicu genangan air yang menjadi sarang nyamuk aedes aegypti, yang bersarang di air yang jernih.
Sedangan, total sebanyak 226 kasus DBD sepanjang tahun 2024 dengan tren kejadian didominasi saat awal tahun.
Lonjakan kasus DBD paling banyak yaitu, 66 kasus di bulan Februari dan 48 kasus DBD pada Maret tahun lalu.
"Tren kenaikan DBD pada tahun lalu perlu kita waspadai, terutama tiga bulan nanti April 2025," tandasnya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com