Jembatan yang konstruksi utamanya dari perahu ponton itu berada di atas Sungai Citarum. Jembatan itu menghubungkan Desa Anggadita, Kecamatan Klari, dengan Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel.
Saban hari, ribuan kendaraan roda dua pekerja pabrik di kawasan industri di Klari dan Ciampel melintasi jembatan itu, termasuk juga masyarakat sekitar.
Kebermanfaatan itu disampaikan salah seorang pengendara, Nugraha.
"Membantu, tidak apa-apa bayar Rp 2.000," kata Nugraha, Selasa (29/4/2025).
Baca juga: Pendapatannya Rp20 Juta Sehari, Haji Endang Bingung Jembatan Miliknya Terancam Tutup, Sudah 15 Tahun
Sebab, jika tidak melintasi jembatan itu, kata Nugraha, ia harus berkendara memutar dan jarak tempuhnya menjadi lebih lama.
"Bisa jadi jalan pintas, kalau memutar lumayan lama," kata Nugraha.
Muhammad, pekerja di kawasan Surya Cipta, mengaku kerap melintasi jembatan itu lantaran mengejar waktu.
Sebab, jika jam berangkat kerja dan harus memutar, membutuhkan waktu yang tidak sedikit, apalagi biasanya jalanan macet.
"Kalau telat takut kena sanksi," kata Muhammad.
Ia juga mengaku mendengar kabar soal peringatan oleh BBWS Citarum. Ia berharap persoalan itu diselesaikan secara bijak.
"Kalau bisa jangan ditutup, diselesaikan antara kedua pihak bagaimana baiknya," kata dia.
Modal Rp 5 Miliar untuk Buat Jembatan
Di sisi lain, Haji Endang menyampaikan, pembangunan jembatan tersebut bermula di tahun 2010.
Saat itu seorang tokoh Dusun Rumambe menyampaikan keluhan kepada Haji Endang mengenai desanya yang terisolasi.