Tak hanya dengan RSCM, Pemkab Bojonegoro juga menggandeng Pemkab Tulungagung. Asisten Administrasi Umum Setda Tulungagung, Imroatul Mufida mengemukakan bahwa kerja sama ini merupakan langkah strategis antar wilayah.
“Kerja sama ini penting untuk pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan, serta percepatan pelayanan dasar publik yang efektif dan efisien,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Sosodoro Djatiekoesoemo Bojonegoro, dr. Ani Pujiningrum, menjelaskan bahwa transformasi rumah sakit telah dimulai dengan pengembangan sistem layanan berbasis inovasi.
Salah satunya adalah program Ritmik Enerjik, sistem rujukan terintegrasi untuk penanganan darurat jantung secara komprehensif.
Selain itu, RSUD Sosodoro kini juga memiliki Gedung Pelayanan Jantung dan Pembuluh Darah Terpadu yang menempatkan layanan diagnostik di lantai satu, ruang intensif jantung di lantai dua, dan layanan rawat jalan jantung non-darurat di lantai tiga. Hal ini mengingat kasus penyakit jantung cukup tinggi di Bojonegoro.
“Kasus penyakit jantung di RSUD Sosodoro cukup tinggi. Tahun 2024 tercatat 34.744 kasus, dengan 6.966 pasien berasal dari luar Bojonegoro. Per April 2025, tercatat 12.082 kasus, di antaranya 3.060 dari Bojonegoro,” ungkap dr. Ani.
Ia berharap kehadiran gedung dan sistem layanan baru ini akan menjadi tonggak penting dalam perjalanan RSUD Sosodoro menuju rumah sakit kelas A, serta memberi manfaat luas bagi masyarakat Bojonegoro dan sekitarnya.