Pemberantasan Beras Oplosan
Pengusaha Penggilingan Padi di Bojonegoro Sebut Aturan Beras Oplosan Ambigu dan Perlu Dikaji Ulang
Pria yang juga menjabat Wakil Ketua Perpadi Bojonegoro itu menilai, aturan terkait beras oplosan masih ambigu dan perlu dikaji ulang.
Penulis: Misbahul Munir | Editor: Dwi Prastika
Poin Penting:
- Arif Wahyudin, pengusaha penggilingan padi CV Sumber Ekonomi Putra Bojonegoro mengapresiasi langkah pemerintah berantas beras oplosan.
- Namun Arif menilai, aturan terkait beras oplosan masih ambigu dan perlu dikaji ulang.
- Isu beras oplosan yang kini ramai membuat para pengusaha penggilingan di Bojonegoro merasa waswas.
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Misbahul Munir
TRIBUNJATIM.COM, BOJONEGORO - Tak hanya menuai dukungan, kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Mabes Polri untuk memerangi praktik curang peredaran beras oplosan, juga memunculkan kegelisahan di kalangan pelaku usaha kecil dan menengah.
Satu di antaranya adalah Arif Wahyudin, pengusaha penggilingan padi CV Sumber Ekonomi Putra asal Desa Sembung, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
Arif mengaku mengapresiasi langkah tegas pemerintah yang telah membongkar pratik curang dan menindak pengusaha besar nakal yang merugikan masyarakat.
Namun di sisi lain, pria yang juga menjabat Wakil Ketua Perpadi Bojonegoro itu menilai, aturan terkait beras oplosan masih ambigu dan perlu dikaji ulang.
"Sebagai pengusaha penggilingan padi, semua jenis varietas padi yang ditanam petani masuk dan diproses jadi beras. Varietas padi itu sangat beragam, dan kalau diproses hasilnya sama, beras. Apakah juga disebut oplosan?" kata Arif mempertanyakan, Selasa (13/8/2025).
"Kalau yang dimaksud bulir beras utuh dioplos dengan yang patah, produknya juga sama-sama beras. Lalu beras patah ini mau dikemanakan?" ujar Arif.
Menurut Arif, isu beras oplosan yang kini ramai membuat para pengusaha penggilingan di Bojonegoro merasa waswas sebab dari segi sarana usaha mereka terbatas.
Baca juga: Penggilingan Padi di Banyuwangi Tak Terpengaruh Isu Beras Oplosan
Dia khawatir gonjang-ganjing soal beras oplosan ini justru berujung pada kriminalisasi pelaku usaha menengah ke bawah.
Meski demikian, produksi di penggilingan miliknya tetap beroperasi normal.
Dalam sehari, tempatnya hanya mampu memproses sekitar 10 ton gabah.
"Janganlah kami dijadikan sasaran aparat penegak hukum. Kami mohon pak presiden melindungi kami, biarkan kami bekerja dengan tenang," tambahnya.
Dampak lain dari kebijakan tersebut, kata Arif, permintaan beras di pasar meningkat, karena sejumlah perusahaan besar mengurangi pasokan ke pedagang.
Kondisi ini sempat mendorong kenaikan harga, meski kini sudah stabil setelah pemerintah menggelontorkan beras SPHP ke pasaran.
Tak Terdampak Beras Oplosan, Penggilingan Padi di Malang Keluhkan Rendahnya HET Beras Medium |
![]() |
---|
Perang Lawan Beras Oplosan Tak Dongkrak Penjualan Penggilingan Padi di Ponorogo |
![]() |
---|
Produsen Beras di Madiun Edarkan Surat untuk Konsumen, Hentikan Produksi Sementara |
![]() |
---|
Perang Lawan Beras Oplosan di Ponorogo Picu Kenaikan Harga, Disperdagkum Gencarkan Pengawasan |
![]() |
---|
Cerita Ibu Rumah Tangga di Bondowoso Kesulitan Mencari Beras Medium, Akhirnya Dapat di Polsek |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.