TRIBUNJATIM.COM - Tribunners kali ini kita akan mengulas arti kata Brain Rot.
Kenali tanda-tandanya dan cara mencegah Brain Rot.
Baru-baru ini istilah Brain Rot atau pembusukan otak kembali diperbincangkan.
Risiko Brain Rot pada anak usia dini juga disorot oleh Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Fajar Riza Ul Haq.
Ia mengatakan, semakin sering anak berinteraksi dengan gadget maka risiko Brain Rot juga meningkat.
Lalu apa itu Brain Rot dari pandangan psikolog?
Meski tidak ditemukan dalam terminologi psikologi resmi, Brain Rot merujuk pada penurunan kemampuan berpikir kritis, daya ingat, dan fungsi eksekutif akibat paparan konten media sosial yang dangkal.
Baca juga: Arti Kata dan Asal-usul Clout, Bagian dari Bahasa Gaul Populer, Ternyata Ada Makna Khususnya
Sayangnya Brain Rot tak hanya dialami anak-anak melainkan orang dewasa juga.
Dikutip dari laman RS Marzoeki Mahdi, konten seperti prank, tantangan ekstrem, dan video pendek yang hanya berfokus pada sensasi bukan substansi, disebut sebagai pemicu utama fenomena ini.
Paparan konten pendek itu bisa menurunnya daya ingat, kehilangan fokus dan konsentrasi, penurunan kemampuan analisis, tidak berkembangnya kemampuan berpikir kritis dan kompleks, serta ketergantungan pada validasi sosial.
Konten yang hanya berorientasi pada hiburan instan membuat otak terbiasa dengan stimulus cepat dan tanpa tantangan berpikir yang mendalam.
Untuk mencegah dampak negatif Brain Rot, perlu mengatur penggunaan media sosial secara bijak.
Baca juga: Arti Kata Doksli Bahasa Gaul yang Sering Digunakan di Media Sosial, Ternyata Sebuah Singkatan
Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:
1. Batasi waktu penggunaan media sosial
Sebaiknya penggunaan media sosial tidak lebih dari 1-1,5 jam sehari.
2. Pilih konten yang berkualitas