Petani Malang Nikmati Manfaat Intensifikasi, Produksi Padi Disebut Meningkat Meski Lahan Menyusut

Penulis: Benni Indo
Editor: Ndaru Wijayanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PRODUKSI PADI - Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat memanen padi menggunakan alat Combine Harvester, Selasa (24/6/2025). Wahyu Hidayat mengatakan, intensifikasi telah memungkinkan panen menjadi lebih sering dibanding sebelumnya. Hal itulah yang membuat produksi meningkat di saat lahan menyusut.
PRODUKSI PADI - Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat memanen padi menggunakan alat Combine Harvester, Selasa (24/6/2025). Wahyu Hidayat mengatakan, intensifikasi telah memungkinkan panen menjadi lebih sering dibanding sebelumnya. Hal itulah yang membuat produksi meningkat di saat lahan menyusut.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Benni Indo

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Program intensifikasi di Kota Malang dianggap berhasil meningkatkan produktivitas pertanian. Produksi padi terus meningkat ketika luas lahan menyusut. 

Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat mengatakan, intensifikasi telah memungkinkan panen menjadi lebih sering dibanding sebelumnya. Hal itulah yang membuat produksi meningkat di saat lahan menyusut.

Pada 2024, luas panen padi tercatat 1.610,91 hektar dengan produksi padi sebanyak 10.496,55 ton gabah kering giling. Pada tahun 2023, luas panen padi mencapai 1.632,88 hektare dengan produksi padi 10.318,57 ton gabah kering giling.

"Karena ada intensifikasi. Jadi dengan lahan yang ada, kami lakukan intensifikasi. Jadi misalkan sebulan, setahun, hanya satu kali panen kita bisa dua atau tiga kali," kata Wahyu, Selasa (24/6/2025).

Untuk terus mendukung produktivitas yang baik, Pemkot Malang telah menyalurkan bantuan peralatan kepada para petani. Terbaru, Pemkot Malang menyalurkan sejumlah alat kepada kelompok tani di Wonokoyo, Kota Malang.

Baca juga: Kepala DLH Kota Malang Digoyang Isu Poligami, Sosok Diduga Istri Muda Akan Diperiksa

Salah satu alat yang disalurkan adalah Combine Harvester. Wahyu menyatakan, alat tersebut jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan proses panen secara manual. Dengan alat tersebut, memanen lahan seluas 4 hektare, hanya membutuhkan waktu sekitar dua hari. 

"Sedangkan tenaga manusia, 4 hektare 16 hari. Jadi mulai waktu, biaya dan tenaga ini betul-betul sudah sangat luar biasa selisihnya," imbuh Wahyu. 

Dulari (56), seorang petani dari Kelompok Tani Makaryo Kelurahan Tlogowaru Kecamatan Kedungkandang mengatakan, program intensifikasi sangat membutuhkan peralatan. Fasilitas yang baru saja diterima diharapkan dapat meningkatkan produktivitas.

Pasalnya, operasional lebih mudah dan singkat sehingga lahan bisa dikelola lebih awal. Para petani menghadapi kondisi cuaca yang kurang menentu belakangan ini.

"Operasional lebih mudah, hasil lebih bersih dan bagus jadi lebih efektif. Kalau pakai tenaga manual, satu hektare bisa dua hari, kalau mesin ini satu hektare bisa dua jam saja," jelas Dulari. 

Sebelumnya, para petani harus menyewa dari Jawa Tengah untuk peralatan yang sama. Tarifnya Rp 400 ribu per ton.

"Kami harus sewa dari Jawa Tengah," imbuh Dulari.

Saat ini, para petani merasa terbantu dengan alat yang ada. Ia mengaku bahwa saat ini, banyak masyarakat yang beralih dan lebih memilih untuk menjadi buruh pabrik. Sejumlah petani pun mulai beralih untuk penggunaan mesin dalan aktivitas memanen padi

Berita Terkini