"Meski sudah ditutup oleh pemerintah, kami tetap membuka peluang-peluang yang ada sampai kapanpun."
"Kami menerima karena memang pagu kami belum terpenuhi," ujarnya.
Sri lantas berpesan kepada masyarakat setempat agar memanfaatkan lembaga yang ada.
Jangan sampai lembaga yang sudah bagus milik pemerintah terbengkalai gara-gara tidak ada peminat.
"Kami siap membimbing anak anak. Sekolah ini juga menghasilkan alumni, sekarang di ITS Ahli Kimia."
"Kami kemarin lomba seni tari juga juara. Itu kan padahal dengan keterbatasan jumlah siswa bisa menghasilkan prestasi," pungkas Sri.
Sementara itu, pemerintah desa menyebutkan beberapa faktor yang menjadi penyebab SDN Wayut 01 kekurangan murid pada tahun ajaran baru 2025/2026.
Menurut Kepala Desa Wayut, Subroto, faktor geografis dekat dengan wilayah perbatasan Kabupaten Madiun, menjadi pemicu orang tua untuk memilih menyekolahkan anaknya ke Kota Madiun.
Baca juga: Nasib Bu Guru Cicih usai Kuras Tabungan Siswa SD Rp 343 Juta, Kena Karma Pakai Uang Hak Orang Lain
"Banyak SD Negeri Kota Madiun menjadi alternatif," ujar Subroto, Senin.
"Di antaranya SD Negeri Ngegong, SD Negeri Madiun Lor, SD Negeri Winongo, dan SD Negeri Sogaten," imbuh dia.
Dirinya berpendapat, keputusan serupa bisa ditemui di wilayah perbatasan Kabupaten Madiun lainnya, seperti Kecamatan Madiun yang juga dekat dengan Kota Madiun.
"Ingin menyekolahkan anaknya demi masa depan yang terjamin. Serta tidak mau berjudi dengan masa depan putra putrinya," tutur Subroto.
Kemudian, lanjut Subroto, ada juga orang tua atau wali murid, memutuskan menyekolahkan buah hatinya ke lembaga pendidikan lain yang menonjolkan pendidikan keagamaan.
"Alasannya sekolah agama masih jadi favorit orang tua. Bahkan, faktor lainnya adalah program KB, yang menekan angka kelahiran."
"Jadi sekolah tetap ada, tapi tidak sebanding sama jumlah anak," urainya.