Karena, tak ada yang mengantar ke sekolah yang ada di Desa Sukowiryo. Akibat BBM yang sulit.
"Ibunya itu yang mau ngantar sudah dua hari tak pulang kerja karena tak ada bensin jadi tak ada yang ngantar," ungkapnya saat dikonfirmasi, Selasa (29/7/2025).
Sementara itu, Selamet, warga Desa Sumbersalam, Kecamatan Tenggarang, Bondowoso, nyaris juga anaknya tak sekolah karena sepeda motornya sudah kehabisan bensin.
Beruntung, masih ada sepeda pancal atau sepeda ontel.
Sehingga, ia memilih mengantar anaknya yang duduk di bangku kelas 3 dan 1 di SDN 1 Koncer dengan sepeda ontel.
Baca juga: BBM Langka di Bondowoso, Dindik Jatim Berlakukan Pembelajaran Daring dan WFH
"Pulangnya ya naik sepeda pancal juga akhirnya. Sekitar 1,5 kilometer kalau jaraknya," terangnya.
Ia mengaku beruntung anaknya sekolah di lokasi yang jalannya masih memiliki topografi datar.
"Gak kebayang kalau yang sekolah di pinggiran, jalannya ada yang rusak, ada yang menanjak terus naik sepeda ontel," ujarnya.
Kepala SMKN 1 Tlogosari, Nurul Amanah, juga menyampaikan hal serupa.
Dia mengatakan, ada beberapa muridnya yang tak masuk karena kesulitan BBM.
"Tapi jumlah yang masuk lebih banyak dibanding yang tidak," ujarnya.
Sementara itu, beberapa Aparatur Sipil Negara (ASN) dan karyawan toko di Bondowoso memilih untuk naik sepeda ontel untuk berangkat kerja.
Haris Ahmadi, salah satu ASN pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso memilih bersepeda dari rumahnya di wilayah Kelurahan Nangkaan, ke kantor dinasnya. Atau sekitar berjarak 4 KM lebih.
“Dari pada ngantre, mending menggunakan sepeda. Tetap bisa bekerja plus olahraga,” kata pria yang menjabat sebagai Sub Koordinator Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinkes Bondowoso ini.
Samsuri, karyawan salah satu toko aluminium di Bondowoso memutuskan untuk bersepeda dari rumahnya ke tempat kerjanya, meski jaraknya mencapai 9 kilometer.