Berita Viral

Beli Pertalite, Warga Geruduk Petugas Imbas Puluhan Motor Langsung Mogok, Manajer SPBU Akui Keliru

Penulis: Ignatia
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BAHAN BAKAR DIOPLOS - SPBU 34.116.12 Kembangan, Jakarta Barat, disegel karena terbukti ada BBM jenis Pertalite yang tercampur Solar. Manajer mengurai kronologi kejadian

TRIBUNJATIM.COM - Kabar mengenai peristiwa pengendara motor yang geruduk SPBU di Jakarta Barat masih ramai dibicarakan.

Berawal dari viralnya video di media sosial yang merekam kegiatan puluhan pengendara motor menggeruduk Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) SPBU 34.116.12 Kembangan, Jakarta Barat, Senin (4/7/2025).

Berbagai narasi yang beredar menyebutkan bahwa para pengendara protes ditipu.

Beli bensin Pertalite di SPBU Kembangan, puluhan pengendara malah mendapati motornya mogok.

Akhirnya para pengendara itu mengeluh kesal lantaran motor yang dikendarainya mogok usai mengisi bahan bakar Pertalite di SPBU tersebut.

Banyak dari pengendara yang mendorong motornya dan melakukan protes ke pihak manajemen.

"Lagi ramai, banyak motor balik, ternyata bensinnya isi solar," ujar warga yang membuat video amatir kala SPBU Kembangan itu dibanjiri puluhan motor mogok, seperti dilansir TribunJatim.com dari penelusuran Wartakota, Selasa (5/8/2025).

Setelah viral dan menjadi perbincangan, manajer SPBU akhirnya buka suara dan mengakui kekeliruan.

Ramses Sitorus, Manager SPBU 34.116.12 Kembangan memberikan klarifikasinya. 

Baca juga: Senyum Merekah Istri Setyo Hadi Pemilah Sampah Kini Suami Injak Tanah Suci, Pemkab Berjasa

Menurut Ramses, insiden itu bermula pada pukul 11.49 WIB, pihak pengawas di SPBU melaporkan bahwa ada kesalahan pembongkaran dari mobil tangki ke tangki timbun.

"Mobil tankinya berisi Biosolar. Pengawasnya salah masang pipa selang. BBM Biosolar masuk ke Pertalite, harusnya BBM Biosolar masuk ke tangki Pertalite samping," ujar Ramses kepada wartawan.

Dia mengakui jika kesalahan tersebut berasal dari pengawas yang tidak memindahkan selang ke tangki seharusnya.

Akibatnya, sejumlah motor pengendara yang baru mengisi bensin, mengalami mogok.

SPBU 34.116.12 Kembangan, Jakarta Barat, disegel karena terbukti ada BBM jenis Pertalite yang tercampur Solar. (Wartakotalive.com)

Namun demikian, Ramses menyampaikan bahwa pihaknya bertanggungjawab penuh atas kesalahan ini.

Bahkan dalam video yang beredar, terlihat Ramses membagikan uang kompensasi dan permohonan maaf kepada pengendara terdampak.

"Untuk kerugian dari custumer kami tanggung. (Pengawas) juga sudah diperiksa dari pihak kelolisian, sedang diproses untuk di-BAP," ujarnya.

Ramses menyebut, sudah ada 15 motor yang melapor kepadanya terkait motor yang mogok.

Baca juga: Warga Tetap Usir Juladi Meski Pejabat Sudah Terlibat, Nasib Kian Terpuruk Melawan Sri Rejeki

Namun, ia tak menampik jika kemungkinan ada motor-motor lain yang mengalami kerusakan akibat bahan bakar yang tercampur tersebut.

Pasalnya, ia mengungkap bahwa ada sekira 20 KL (kiloliter) bensin, ditambah 8.000 KL dari solar yang sudah tercampur.

"Semenjak ada kasus pertama muncul langsung diperintahkan untuk stop penjualan sebingga seluruh Pertalite tidak boleh tidak ada penjualan," ujarnya.

Lebih lanjut, Ramses menyampaikan jika ia sudah melaporkan kejadian ini ke Pertamina untuk proses lebih lanjut. 

Baca juga: Nasib Gadis Ngaku Kesurupan Pukul Ibunya yang Sedang Salat Zuhur Pakai Cobek Hingga Meninggal

Sementara itu, di Bondowoso Jawa Timur, kelangkaan BBM terjadi dan membuat masyarakat memutar otak.

Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Bondowoso, Jawa Timur, berimbas pada kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Sejumlah siswa di beberapa sekolah di Bondowoso terpaksa tidak masuk karena kesulitan BBM.

Siti Maltufa, Ketua Forum Persatuan Honorer Bondowoso yang mengajar di SMPN 1 Tlogosari, Bondowoso, menyebut beberapa siswa di sekolahnya izin tak masuk.

Alasannya, orang tua tak ada bensin untuk mengantar ke sekolah.

Di setiap jenjang kelas, ada 3 hingga 6 orang yang izin tak masuk sekolah.

"Ada yang izin, ada yang tidak izin. Kalau yang izin itu orang tuanya mesti bensinnya tidak ada. Ada yang izin grup itu orang tua tak bisa mengantar bensinnya tak ada," terangnya.

Karena itulah, dirinya berharap hingga situasi normal, ada kebijakan Work from Home (WFH).

Dikonfirmasi terpisah, Martri, warga Desa Kembang, Kecamatan Bondowoso, mengaku cucunya yang masih di bangku Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terpaksa tak masuk sekolah selama dua hari hingga hari ini.

Karena, tak ada yang mengantar ke sekolah yang ada di Desa Sukowiryo. Akibat BBM yang sulit. 

"Ibunya itu yang mau ngantar sudah dua hari tak pulang kerja karena tak ada bensin jadi tak ada yang ngantar," ungkapnya saat dikonfirmasi, Selasa (29/7/2025).

Sementara itu, Selamet, warga Desa Sumbersalam, Kecamatan Tenggarang, Bondowoso, nyaris juga anaknya tak sekolah karena sepeda motornya sudah kehabisan bensin.

Beruntung, masih ada sepeda pancal atau sepeda ontel.

Sehingga, ia memilih mengantar anaknya yang duduk di bangku kelas 3 dan 1 di SDN 1 Koncer dengan sepeda ontel.

Baca juga: BBM Langka di Bondowoso, Dindik Jatim Berlakukan Pembelajaran Daring dan WFH

"Pulangnya ya naik sepeda pancal juga akhirnya. Sekitar 1,5 kilometer kalau jaraknya," terangnya.

Ia mengaku beruntung anaknya sekolah di lokasi yang jalannya masih memiliki topografi datar.

"Gak kebayang kalau yang sekolah di pinggiran, jalannya ada yang rusak, ada yang menanjak terus naik sepeda ontel," ujarnya.

Kepala SMKN 1 Tlogosari, Nurul Amanah, juga menyampaikan hal serupa.

Dia mengatakan, ada beberapa muridnya yang tak masuk karena kesulitan BBM.

"Tapi jumlah yang masuk lebih banyak dibanding yang tidak," ujarnya.

Sementara itu, beberapa Aparatur Sipil Negara (ASN) dan karyawan toko di Bondowoso memilih untuk naik sepeda ontel untuk berangkat kerja.

Haris Ahmadi, salah satu ASN pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso memilih bersepeda dari rumahnya di wilayah Kelurahan Nangkaan, ke kantor dinasnya. Atau sekitar berjarak 4 KM lebih.

“Dari pada ngantre, mending menggunakan sepeda. Tetap bisa bekerja plus olahraga,” kata pria yang menjabat sebagai Sub Koordinator Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinkes Bondowoso ini.

Samsuri, karyawan salah satu toko aluminium di Bondowoso memutuskan untuk bersepeda dari rumahnya ke tempat kerjanya, meski jaraknya mencapai 9 kilometer.

Sebelumnya, dia mengaku sempat mengantre selama hampir dua jam, untuk membeli BBM di SPBU Grujugan.

“Sebenarnya saya sudah beli BBM. Tapi khawatir kehabisan bensin di tengah jalan dan harus ngantre lama,” pungkasnya.

Sejumlah guru dan tenaga honorer di lingkungan pendidikan di Bondowoso berharap ada kebijakan Work from Home (WFH).

Pasalnya, mereka kesulitan mendapatkan BBM untuk berangkat kerja.

Jika adapun, harganya tidak murah.

"Kebijakan pemerintah mungkin bisa WFH," ujar Siti Maltufa, Ketua Forum Persatuan Honorer Bondowoso saat dikonfirmasi pada Selasa (29/7/2025).

Penutupan Jalur Gumitir yang menghubungkan Banyuwangi-Jember, membuat pengiriman Bahan Bakar Minyak (BBM) di Bondowoso terlambat.  

Sejumlah SPBU di Bondowoso mengalami kekosongan BBM, pada Sabtu (26/7/2025). 

Jika pun stok ada, terjadi antrean panjang di SPBU. 

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkini