“Melihat semangat anak-anak sekarang, saya merasa haru. Seperti melihat potongan masa lalu yang hidup lagi,” tuturnya.
Di sisi lain, anak-anak justru menemukan pengalaman baru. Mario (11), siswa kelas 6 SD, mengaku senang bisa ikut upacara di kebun.
“Biasanya di sekolah, tapi ini lebih seru. Bisa pakai baju adat juga. Jadi pengen tahu banyak tentang zaman dulu,” katanya.
Tak ada panggung, tak ada gemerlap dekorasi. Hanya bendera, bambu, dan tanah desa yang menjadi saksi. Namun di balik kesederhanaan itu, semangat nasionalisme terasa begitu kuat.
Upacara ini seakan menunjukkan bahwa cinta tanah air tak selalu ditunjukkan dengan kemeriahan, melainkan bisa diwujudkan lewat kejujuran dan kesahajaan.
Ketika banyak tempat merayakan HUT RI dengan pesta besar dan hiburan modern, warga Dusun Jajar memilih jalannya sendiri. Merayakan kemerdekaan di kebun bambu dengan pakaian tradisional dan suguhan sederhana.
"Ini cara yang membumi, penuh makna, sekaligus menjadi pengingat bahwa perjuangan para pendahulu harus terus dirawat, bukan hanya dirayakan," pungkas Subarno.