Kiai Miftah juga mengutip hadis Nabi SAW yang diriwayatkan Muslim, yang berbunyi:
لا عَدْوَى و لا طيرةَ و لا هامةَ و لا صَفرَ ، و فِرَّ مِنَ المجذومِ كما تَفِرُّ مِنَ الأسد
Artinya: "Tidak ada penularan (tanpa izin Allah), tidak ada kesialan karena burung, tidak ada hantu, tidak ada bulan Safar (yang dianggap sial), dan larilah dari orang yang terkena lepra seperti kamu lari dari singa." (Shahih Muslim, no 2220).
Baca juga: Kapan Rebo Wekasan 2025? ini Kalender Jawa Agustus Minggu Ketiga Lengkap dengan Weton
Tathayyur sendiri secara bahasa adalah masdar dari kata tathayyara asal mulanya diambil dari kata atthayru (burung).
Dahulu, orang Arab jahiliyah mempercayai adanya hal-hal kejadian tertentu yang dapat menyebabkan atau mengundang sial, yang biasa disebut tathayyur.
Kiai Miftah menambahkan, sikap menghindari aktivitas penting seperti menikah, bepergian, atau memulai usaha pada hari tersebut karena takut sial termasuk bentuk tathayyur yang dilarang dan bisa merusak keyakinan.
Namun, jika seseorang memilih waktu tertentu dengan keyakinan bahwa hari itu lebih afdhal atau lebih baik, maka hal tersebut tidak termasuk tathayyur.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com