Kapan Rebo Wekasan 2025? ini Kalender Jawa Agustus Minggu Ketiga Lengkap dengan Weton

TRIBUNJATIM.COM - Pekan ketiga bulan Agustus 2025 bersamaan dengan bulan Masehi dan Hijriah.

Adapun bulan Agustus dalam Kalender Hijriah bertepatan dengan bulan Safar.

Sementar dalam Kalender Jawa terdapat momen Rebo Wekasan.

Kalender Jawa masih menjadi acuan penting bagi sebagian masyarakat Indonesia.

Khususnya dalam menentukan hari baik, weton, hingga kegiatan adat dan tradisi.

Berdasarkan kalender Kementerian Agama, pekan ini dimulai pada Ahad Legi, 17 Agustus 2025 yang bertepatan dengan 23 Safar 1447 Hijriah, hingga Ahad Pon, 24 Agustus 2025 yang jatuh pada 30 Safar 1447 Hijriah.

Baca juga: Oknum LSM Jual Kalender Rp1.500.000 Kini Minta Maaf ke Bupati, Ngaku Cuma Minta Uang Seikhlasnya

Berikut rinciannya:

• Ahad Legi, 17 Agustus 2025 = 23 Safar 1447 Hijriah
• Senin Pahing, 18 Agustus 2025 = 24 Safar 1447 Hijriah
• Selasa Pon, 19 Agustus 2025 = 25 Safar 1447 Hijriah
• Rabu Wage, 20 Agustus 2025 = 26 Safar 1447 Hijriah
• Kamis Kliwon, 21 Agustus 2025 = 27 Safar 1447 Hijriah
• Jumat Legi, 22 Agustus 2025 = 28 Safar 1447 Hijriah
• Sabtu Pahing, 23 Agustus 2025 = 29 Safar 1447 Hijriah
• Ahad Pon, 24 Agustus 2025 = 30 Safar 1447 Hijriah

Baca juga: Cara Salat Rebo Wekasan dan Doa Tolak Bala, Amalan Menangkal Sial di Bulan Safar

Kapan Rabu Wekasan 2025?

Rabu Wekasan/Rebo Wekasan atau juga dikenal sebagai Rabu Pungkasan merupakan tradisi yang diperingati pada Rabu terakhir bulan Safar.

Diketahui, menurut kalender hijriah Kementerian Agama (Kemenag), Safar 1447 Hijriah dimulai pada 1 Safar/26 Juli hingga 30 Safar/24 Agustus 2025.

Adapun Rabu Wekasan 2025 jatuh pada Rabu terakhir bulan Safar 1447 H yakni 20 Agustus 2025/26 Safar.

Rebo Wekasan berasal dari kata "Rebo" yang artinya hari Rabu dan wekasan yang artinya lepas.

Baca juga: Surat Yasin dan Terjemahannya untuk Dibaca Sebagai Amalan Rebo Wekasan, Buya Yahya: Boleh Dilakukan

Dilansir Kompas.com via kompas.tv, asal mula tradisi Rebo Wekasan di sebagian daerah Jawa mempunyai versi dan variasi sendiri.

Namun, inti dari tradisi ini masih sama, yakni dipercaya oleh sebagian masyarakat sebagai hari pertama Nabi Muhammad SAW jatuh sakit.

Sakit tersebut berlangsung selama dua belas hari berturut-turut hingga Rasulullah meninggal dunia.