Berita Viral

Tangis Melfi Anak Penenun Jadi Orang Pertama di Pulaunya Lolos Kuliah di UI, Rumah Diterpa Badai

Penulis: Alga
Editor: Mujib Anwar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TANGIS PEMUDA PULAU - Seorang pemuda bernama Melfi asal Pulau Sawu, Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjadi orang pertama di daerahnya yang bisa kuliah di Universitas Indonesia (UI). Tangisnya pecah saat mendapat bantuan.

TRIBUNJATIM.COM - Kisah Melfi, pemuda asal Pulau Sawu, Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT), menginspirasi.

Pasalnya, ia menjadi orang pertama di daerahnya yang bisa kuliah di Universitas Indonesia (UI).

Melfi seorang anak tukang tenun kain dan punya cita-cita meraih pendidikan yang layak.

Baca juga: Wali Murid Kesal Sekolah Mendadak Minta 14 Siswanya Pindah ke SD Lain, Alasannya Dinilai Tak Logis

Ia bukanlah pemuda yang berasal dari keluarga yang berada.

Melfi tinggal di pulau dengan kondisi rumah yang memprihatinkan karena sempat dihantam badai.

Belakangan, kisah haru Melfi putra daerah asal NTT yang diterima di UI ini jadi sorotan setelah dibagikan dosen ITB sekaligus influencer pendidikan, Imam Santoso.

Imam Santoso bercerita, untuk menemui Melfi di Pulau Sawu, ia dan tim dari Paragon Corp menempuh perjalanan yang sangat panjang.

Mereka harus menaiki pesawat dari Bandara Soekerno Hatta selama tga jam.

Lalu melanjutkan dengan perjalanan darat yang tak kalah lama.

Tak berhenti di situ, demi bisa menemui Melfi dan memberikan beasiswa serta hadiah dari Paragon Corp, mereka juga lanjut menaiki kapal selama 12 jam.

Pulau Sawu terletak di sebelah selatan perairan Laut Sawu, di sebelah timur Pulau Sumba dan sebelah barat Pulau Rote.

"Kakak-kakak Paragon tempuh waktu berhari-hari sampai naik kapal 12 jam ke rumah Melfi," tulis Imam Santoso.

Saat melihat kedatangan Imam Santoso dan tim dari Paragon Corp, air mata Melfi langsung tumpah.

"Melfi, dari SD jalan kaki puluhan KM ke sekolah, jadi anak pertama dari Pulau Sawu, pulau kecil di Selatan Indonesia yang keterima UI," tulis Imam Santoso lagi.

"Dari SMA 1 Hawu Mehara," imbuhnya, melansir Tribun Jakarta.

Seorang pemuda bernama Melfi asal Pulau Sawu, Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjadi orang pertama di daerahnya yang berkuliah di Universitas Indonesia (UI). (Instagram/santosoim)

Melfi bukan berasal dari keluarga yang berada.

Sedari kecil, Melfi tinggal di rumah beratap rotan.

Rumah tersebut kemudian hancur dihantam Badai Seroja, pada tahun 2021 lalu.

Badai Seroja adalah siklon tropis yang melanda NTT pada April 2021, menyebabkan kerusakan parah dan banyak korban jiwa.

Badai ini menyebabkan banjir bandang, tanah longsor, dan angin kencang yang merusak infrastruktur, rumah, dan lahan pertanian.

"Dari kecil Melfi tinggal di rumah beratap daun lontar ini sebelum terkena Badai Seroja," tulis Imam Santoso.

Meski di tengah keterbatasan, Melfi tak pernah menyerah.

Ia belajar dengan bersungguh-sungguh, sehingga bisa diterima di UI dan mendapatkan beasiswa dari Paragon Corp.

"Kondisi ekomoni, tak halangi untuk bermimpi tinggi," imbuhnya.

Baca juga: Kepala Bapenda Minta Maaf usai Sebut PBB Diduga Disalahgunakan Perangkat Desa hingga Rp56 M

Setelah rumah beratap daun lontarnya hancur, Melfi dan sejumlah warga lainnya kini tinggal di rumah bantuan dari pemerintah.

"Setelah badai seroja, Melfi tinggal di rumah komunal bantuan pemerintah dan ditempati beberapa keluarga," lanjut keterangan.

Menurut Imam Santoso, mengetahui Melfi diterima di UI, seluruh warga desa ikut berbahagia.

Warga desa terlihat berkumpul mendoakan remaja laki-laki tersebut.

"Melfi keterima UI membuat bahagia banyak orang," tulis Imam Santoso.

"Melfi didoakan banyak orang agar sukses di UI," imbuhnya.

Bukan hanya Melfi, anak-anak di Pulau Sawu juga berjuang esktra keras hanya untuk bisa bersekolah.

Anak-anak di Pulau Sawu harus berjalan puluhan kilometer dan melewati lembah, hanya demi bisa menuntut ilmu.

"Anak-anak di sana sekolah jalan kaki, tempuh pulahan KM, naik dan turun lembah," tulis Imam Santoso.

"Bukan hanya Melfi masih banyak anak lain yang berjuang menembus jarak dan keterbatasan," imbuhnya.

Sebelumnya, kisah anak nelayan di Bali yang berhasil diterima kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), juga viral di media sosial.

Anak nelayan tersebut bernama Made Dea Vio Lantini dan masuk Fakultas Teknologi Industri (FTI).

Sosoknya viral setelah dibagikan oleh Imam Santoso, dosen di program studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB sekaligus kreator konten.

Ketika didatangi ke kediamannya, gadis yang akrab disapa Dea tersebut tidak kuasa menahan tangisnya.

Bahkan, Imam Santoso pun ikut terharu saat melihat Dea menangis.

"Aku jadi nangis," kata Imam Santoso, Kamis (17/7/2025).

Baca juga: Hotel Tak Terima Ditagih Royalti oleh LMKN Meski Pakai Suara Burung Asli: Jangan Main Tembak

Dalam keterangan unggahannya, Imam Santoso mengatakan, Dea adalah anak seorang nelayan di Bali.

Dea dan keluarganya tinggal di rumah sederhana di pesisir pantai Bali.

Namun, keterbatasan ekonomi tidak membuat Dea untuk berhenti berprestasi.

"Dari rumah yang mau digusur di pesisir pantai Bali, ada Dea anak nelayan juara debat nasional piala MK dan keterima FTI, ITB," kata Imam Santoso.

Dosen ITB dan timnya kemudian tampak memasuki rumah kediaman Dea.

Di dalam rumah dua lantai dengan alas kayu sebagai pijakan tersebut, terdapat banyak piagam milik Dea.

"Piagam satu lantai tidak muat," lanjutnya, dikutip dari Tribun Jabar.

Inilah sosok Dea, anak nelayan di Bali yang berhasil diterima kuliah di Fakultas Teknologi Industri (FTI) Institut Teknologi Bandung (ITB). (Instagram/santosoim)

Imam juga tampak melihat banyak piala milik anak nelayan tersebut.

"Rumah di bibir laut, penuh dengan piala, salah satunya piala dari MK (Mahkamah Konstitusi)," katanya.

Di dalam rumah tersebut ada lima orang yang tinggal bersama.

Dea pun mulai bercerita soal kisah hidupnya dan keluarga.

Sebagai anak nelayan, ia mengaku sering khawatir pada sang ayah.

"Kalau ombak besar kadang deg-degan, bapak selamat enggak ya di laut, pulang enggak ya sampai selamat," ujar Dea dengan suara bergetar.

Karena kondisi keluarganya tersebut, Dea pun memiliki mimpi besar.

"Makanya punya motivasi agar belajar keras, karena Dea percaya pendidikan bisa merubah nasib, kalau enggak, kita bakal gini-gini aja," katanya.

Baca juga: Pasang Bendera Merah Putih, Pria Tiba-tiba Dibacok Tetangga sampai Tewas

Tangisnya semakin pecah saat mendapatkan apresiasi dan hadiah dari Paragon Corp berupa laptop hingga uang tunai untuk bekal merantau ke Bandung.

Lebih lanjut, Dea mengaku terinspirasi dari seniornya di SMA yang juga masuk ITB di tahun 1999, Nyoman Adi Arsana.

Ia mengatakan, seniornya tersebut sering memberikan motivasi dan kiat-kiat agar bisa masuk ITB.

Di sisi lain, ia melihat keterbatasan ekonomi keluarganya.

Hal itulah yang membuat semangatnnya menggunung untuk lolos dan kuliah di ITB.

Kisah Dea pun langsung mencuri perhatian netizen.

Berikut beberapa komentar dari netizen yang ikut terharu:

@dia***: Singaraja gudangnya pelajar berprestasi pak ...bangga bgt liatnya. Sukses trus nggih gek.

@led***: Nangiss banget. Anak hebat calon orang sukses. Semoga Tuhan bukakan jalan untuk bisa mengubah nasib keluarga lewat pendidikan yaa

@nip***: dea ini adalah murid saya, waktu sma binaan saya lomba debat, dia sangat hebat, siswa yang penuh semangat dan tidak pernah menunjukkan rasa sedihnya

@agn***: Karena PENDIDIKAN kita bisa merubah nasib,bukan hanya diri sendiri & seluruh garis kehidupan keluarga besar kita. 1 mutiara berhati mulia pasti akan terus bersinar karena kekuatan orang2 terkasih yg tiada henti mendukung doa & semangat. Semangat berjuang Dea, kamu pasti sukses & menjadi anak Hebat!

Berita Terkini