Poin Penting :
- Muhammad Salim mantan atlet voli asal Jember kini sukses jadi peternak kambing
- Selama 20 tahun menggeluti dunia peternakan Salim tinggal di lereng Gunung Gumitir Jember ini bisa meraup untung Rp 19 juta setiap bulan
- Saat ini Salim memelihara 460 ekor kambing dalam enam kandang di atas lahan seluas 0,5 hektar di Dusun Curah Damar Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Jember
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Imam Nawawi
TRIBUNJATIM.COM, JEMBER - Mantan atlet voli Muhammad Salim, dari Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Jember, Jawa Timur ini sukses dalam budidaya kambing.
Selama 20 tahun menggeluti dunia perkambingan. Kini Pria tinggal di lereng Gunung Gumitir Jember ini bisa meraup untung Rp 19 juta setiap bulan.
Keberhasilan peternak yang tinggal desa ujung Timur Jember, membuat Salim dijuluki Raja Domba Indonesia karena kemahirannya dalam dunia perkambingan.
Saat Tribun Jatim Network, Salim rupanya memelihara 460 ekor kambing dalam enam kandang di atas lahan seluas 0,5 hektar di Dusun Curah Damar Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Jember, Sabtu (23/8/2025).
Nampak, Salim dan enam pekerjanya sedang memberikan makan ratusan ekor kambingnya, dengan rambanan yang baru mereka peroleh dari pegunungan Gumitir.
Baca juga: Peternak Kambing dan Domba di Mojokerto Raup Berkah, Omzet Meningkat Jelang Idul Adha 2025
Salim mengaku mengawali usaha peternakan kambing pada 2005, dengan pinjam ternak dari UPT Dinas Peternakan Jawa Timur dengan sistim setoran.
"Sistem setoran itu, kita ambil 5 ekor kambing betina dan pejantan satu. Kita mengembalikannya sebanyak 9 ekor. Ketika anak itu umur 3 bulan, harus disetor ke Dinas Peternakan," ungkapnya.
Saat itu, Salim mengaku meminjam dua puluh ekor kambing dari UPT Dinas Peternakan Jawa Timur.
Dua tahun tiga bulan memelihara kambing pinjaman dari Dinas Peternakan. Salim berhasil melunasi setoran ternak tersebut.
"20 ekor kambing yang saya pinjam menjadi milik saya. Alhamdulillah 20 ekor domba tersebut saya kembangkan," katanya.
Tahun pertama memelihara 20 ekor kambing tersebut. Salim mengaku bisa mengembang biakkan menjadi 60 ekor.
Baca juga: Sambil Menangis, Kakak di Jember Minta Tolong Usai Temukan sang Adik Tewas di Mess Perusahaan
"Saya kembangkan lagi, hingga domba saya bertambah menjadi 120 ekor. Dari situ saja mencoba menggaduhkan kambing kepada petani desa sekitar pada tahun 2009," paparnya.
Sistem gaduh kambing kepada petani di Desa Sidomulyo, Salim menerapkan bagi hasil bukan setoran sehingga tidak perlu kontrak tertulis.
"Bagi hasil itu jika kambing gaduhan beranak lima ekor. Dua ekor ke saya, dua ekor ke petani, yang satu dijual hasilnya bagi dua," ujarnya.
Baca juga: Kandang Ternak di Banyuwangi Ludes Terbakar, Sembilan Ekor Kambing Ikut Terpanggang
Kini, Salim mengaku memiliki 8600 ekor kambing, baik yang dipelihara sendiri ataupun yang digadukan kepada petani desa.
"Domba yang ada diluar itu totalnya kisaran 7600 ekor yang digaduh oleh 160 orang petani di Desa Sidomulyo," tambahnya.
Salim mengaku paling banyak menjual ternaknya di luar Kabupaten Jember, khususnya daerah Bogor, Surabaya, Malang bahkan Samarinda.
"Dalam satu bulan, paling sedikit saya keluarkan domba sebanyak 260 ekor. Kalau untungnya, paling kecil Rp 19 juta perbulan," ucapnya.
Sementara pendapatan tertinggi dari hasil penjualan kambing. Salim mengaku bisa mendapatkan untung Rp 26 juta.
"Sebab besar kecilnya keuntungan, tergantung harga kambing di pasaran. Permintaan paling banyak itu ketika Hari Raya Kurban," tuturnya.
Ketika menjelang Idul Adha, Salim mengaku pernah mendapatkan permintaan sebanyak 2400 ekor dari Pondok Pesantren di Bondowoso"Itu satu tempat saja, saat hari raya kurban," paparnya.
Salim mengaku bisa menjual kambing hingga di luar daerah, ketika ada konsumen yang berkunjung di UPT Dinas Peternakan Jawa Timur di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Jember.
"Jadi konsumen awalnya berkunjung ke Dinas, pulangnya mampir ke sini (kandangnya). Akhirnya kenal, saya kenalkan jenis domba, akhirnya pesan ke saya," tambahnya.
Selain itu, dia juga mempromosikan kambingnya melalui sosial media, hingga memperoleh pesanan dari beberapa daerah di Jawa Timur bahkan Samarinda.
Beberapa jenis kambing yang dipelihara oleh Salim, diantaranya morino, dormas, teksel, sorpas, ekor besar, ekor singit dan juga domba lokal.
"Paling mahal itu jenis domba morino dan teksel, harganya bisa capai Rp 4,5 juta hingga Rp 5 juta. Sementara paling murah kambing lokal, harganya antara Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta,untuk babon," urainya.
Selama menggeluti dunia perkambingan, Salim mengungkapkan kendala utamanya ketika kemarau panjang, sebab pakan ternak cukup sulit diperoleh.
"Karena tidak nutut ambil ramban-nya, sehingga saya bantu dengan makanan tambahan ternak, dengan pohon jagung yang difermentasi dengan katul dan tetes tebu, serta ampas tahu," jlentrehnya.
Salim memulai beternak kambing saat masih umur 22 tahun menjelang berhenti jadi atlet voli tingkat Kabupaten Jember.
"Berhenti voli dan bingung cari kerjaan. Karena saya pikir kalau terus ikut voli, apa pekerjaan saya nanti, akhirnya saya coba usaha ternak kambing. Alhamdulillah barokah, hanya bermodal 20 ekor kambing hasil gaduhan," ulasnya.
Keberhasilannya memelihara kambing ini, Salim ceritakan kepada anak muda di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Jember, untuk memotivasi mereka.
"Mereka akhirnya, memilih tidak merantau, dan ikut mencoba pelihara kambing juga," jelasnya.