Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kronologi Lengkap dan 11 Fakta Pasien Asal Tuban Alami Luka Bakar Saat Operasi di RSUD Bojonegoro

Perempuan muda asal Kabupaten Tuban Jawa Timur mengalami luka bakar serius saat menjalani operasi tulang punggung

Penulis: Misbahul Munir | Editor: Ndaru Wijayanto
tribunjatim.com/Misbahul Munir
KESEHATAN - Perempuan muda asal Kabupaten Tuban Jawa Timur mengalami luka bakar serius saat menjalani operasi tulang punggung di RSUD Dr R Sosodoro Djatikoesumo Bojonegoro. 

Laporan Wartawan Tribunjatim Network, Misbahul Munir

TRIBUNJATIM.COM, BOJONEGORO - Perempuan muda asal Kabupaten Tuban Jawa Timur mengalami luka bakar serius saat menjalani operasi tulang punggung di RSUD Dr R Sosodoro Djatikoesumo Bojonegoro.

Pasien tersebut bernama Duwi Pertiwi (24), warga Desa Wanglu Wetan, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban Jawa Timur.

Dia mengalami luka bakar serius di kaki kirinya saat menjalani tindakan medis berupa operasi tulang punggung di RSUD Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro.

Namun, bukannya sembuh Duwi sakit yang dialaminya justru bertambah. Kaki kirinya malah terluka yang disebabkan kerusakan pada alat medis pada saat menjalani operasi. Berikut kronologi dan fakta-fakta yang dirangkum oleh jurnalis Tribunjatim.com.

1. Operasi Tulang Punggung Berujung Luka Serius

Penuturan perwakilan keluarga, Yudi mengungkapkan, awalnya, Duwi menjalani operasi untuk mengatasi sakit tulang belakang yang dideritanya pada 12 Agustus 2025.

Namun usai tindakan medis, keluarga justru mendapati ada luka besar di bagian sisi dalam lutut kaki kirinya. Kondisi itu membuat keluarga kaget. Sebab bagian tubuh yang dioperasi adalah punggung, namun dilakukan tindakan operasi lagi bagian kaki kirinya.

"Taunya pas selesai operasi kakinya diperban, ini kan aneh, yang dioperasi punggung kok kakinya juga," ujar Yudi.

Baca juga: Bantah Dugaan Malpraktik, Dokter RSUD Bojonegoro: Baru Sekali Menemui Kondisi Seperti Ini

2. Kesaksian Pasien

Tak hanya pihak keluarga, pasien Duwi Pertiwi pun mengaku terkejut dan tak mengetahui apa yang terjadi dimeja operasi. Sebab saat itu, dia dalam pengaruh obat bius dari dokter yang menangani.

Pasca operasi Duwi baru menyadari kalau ada luka besar di kaki kirinya.

“Saya tidak merasakan apa-apa karena dibius total. Begitu sadar, kaki terasa sakit dan sudah diperban. Setelah dibuka, ternyata ada luka besar,” kata Duwi.

3. Keluarga Pertanyakan Transparansi

Pihak keluarga mengaku sempat tidak mendapat penjelasan yang jelas dari rumah sakit. Yudi mengatakan pasca kejadian pihak keluarga hanya mendapatkan informasi kalau harus dilakukan tindakan medis atau operasi lagi untuk menutup luka di kaki kiri pasien. Hanya diminta sabar.

Pihak keluarga, lanjut Yudi baru mendapat penjelasan detail setelah beberapa kali mendatangi rumah sakit untuk kontrol sekaligus menyampaikan keluhan dan mendesak pihak RSUD Bojonegoro.

"Setelah sekitar 19 hari atau tepatnya pada 31 Agustus 2025, baru ada kejelasan dari pihak Manajemen RSUD Bojonegoro," bebernya.

4. Keluarga Sebut Ada Dugaan Kelalaian Hingga Malpraktek Oleh RSUD Bojonegoro.

Keterbukaan rumah sakit terhap penanganan medis pada pasiennya dipertanyakan. Yudi menyayangkan sikap RSUD Bojonegoro yang dinilai berbelit-belit dalam memberikan informasi hingga akhirnya mencuat adanya dugaan kelalaian hingga Malpraktek yang dilakukan oleh dokter yang menangani.

"Setelah didesak dan menyempaikan keluhan berkali-kali, baru dijelaskan oleh Manajemen RSUD kalau luka itu akibat konsleting alat medis bernama ground cutter. Awalnya tidak ada keterbukaan sama sekali," tambahnya.

5. Perawatan Luka Dilakukan Mandiri oleh Keluarga Pasien

Pasca dilakukan operasi tulang punggung dan tindakan medis untuk menutup luka bakar di kaki, Duwi akhirnya diperkenankan untuk menjalani rawat jalan.

Duwi harus menerima lebih dari 30 jahitan untuk menutup luka bakar di kaki kirinya tersebut. Pihak keluarga harus mendatangkan perawat.

Setiap harinya keluarga Duwi harus mengeluarkan uang Rp100 ribu, nominal cukup besar bagi kedua orang tuanya yang hanya bekerja sebagai petani dan penjual sayur.

"Perawatan mandiri, 1 sampai 2 hari sekali panggil perawat untuk membersihkan luka dan ganti perban, kontrol juga mandiri, untungnya dibantu sama bu Yai dan keluarga," keluh Duwi.


6. Keluarga Ancam Bakal Lapor Polisi

Pihak keluarga menyayangkan sikap Manajeman RSUD Bojonegoro yang dinilai tidak serius dalam menangani perkara ini. Mereka mengancam bakal membawa kasus ini keranah hukum dengan melapor ke Polisi, bila tidak ada tanggung jawab yang jelas dari pihak rumah sakit.

"Kami berharap pihak RSUD Bojonegoro untuk bertanggungjawab, kalau tidak ada penyelesaian. Terpaksa kami akan menempuh upaya lebih lanjut (Lapor Polisi) terkait kejadian ini," tegas Yudi.


7. Penjelasan dan Permohonan Maaf Manajemen RSUD Bojonegoro

Setelah kasus ini mencuat ke publik, Manajeman RSUD Bojonegoro akhirnya buka suara. Direktur RSUD, dr. Ani Pujiningrum, menyatakan insiden itu murni kejadian tidak diinginkan (KTD) akibat gangguan teknis alat electrosurgical unit (ESU) yang digunakan saat operasi.

“Kami menyampaikan permohonan maaf kepada pasien dan keluarga. Ini bukan malapraktik, tapi kecelakaan medis yang tidak bisa diprediksi. Semua biaya perawatan luka akan ditanggung oleh rumah sakit,” tegas dr. Ani.

8. Murni Insiden, Alat Medis Diklaim Masih Layak.

Menurut dr Ani, insiden itu terjadi saat operasi ketiga untuk penanganan medis pada tulang belakang pasien. Dalam tindakan medis tersebut, tim dokter menggunakan alat bernama electrosurgical unit (ESU) atau kouter, yang berfungsi menghentikan perdarahan akibat sayatan operasi.

"Pemasangan grounding pada kaki pasien sudah dilakukan sesuai prosedur. Alat yang sama juga digunakan dalam operasi lain, termasuk dua kali operasi sebelumnya pada pasien yang sama, dan tidak pernah menimbulkan luka bakar," jelasnya.

dr Ani memastikan bahwa alat ESU yang dipakai dalam operasi sudah melalui proses kalibrasi pada Juli lalu, sehingga dinyatakan layak digunakan.

Kasus ini, lanjut Ani merupakan kejadian yang pertama kali terjadi selama penggunaan alat tersebut di RSUD Bojonegoro.

9. Korban Alami Luka Bakar Derajat 3

Senada, dokter spesialis ortopedi yang menangani operasi, dr. Donny Noerhadiono, menegaskan seluruh prosedur penanganan medis pada saat operasi tulang punggung sudah sesuai SOP. Ia menyebut kasus ini baru pertama kali ditemuinya selama 12 tahun berpraktik di RSUD Bojonegoro.

“Luka pasien masuk derajat 3, cukup serius, dan harus mendapat tindakan lanjutan. Tapi operasi tulang punggung berjalan lancar, tidak ada masalah di bagian itu,” jelasnya.

10. Penanganan dan Komitmen Tanggungjawab RSUD Bojonegoro

Pasca kasus ini mencuat, pelayanan terhadap pasien mulai berbeda. Kini, ada perawat dari RSUD rutin mendatangi rumah Duwi khusus untuk merawat luka. Datang setiap 2 hari sekali.

Pihak rumah sakit juga berkomitmen melakukan evaluasi menyeluruh pada pelayanan dan penggunaan alat medis agar kejadian serupa tidak terulang.

""Ini merupakan kejadian yang tidak diinginkan dan baru pertama kali terjadi, kersane Gusti Allah (kehendak Allah) sehingga ini bisa terjadi. Namun kami akan melakukan evaluasi menyeluruh demi meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien," tutup dr. Ani.

11. Kondisi Pasien Pasca Kejadian

Akibat kejadian itu, Duwi harus berjalan dengan bantuan tongkat dan belum bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Ia hanya berharap segera pulih dan insiden yang dialaminya tidak menimpa pasien lain.

“Semoga saya cepat sehat, dan kejadian ini tidak terulang. Saya ingin rumah sakit benar-benar bertanggung jawab dan memperbaiki pelayanannya," pungkasnya.

 

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved