Berawal dari Obrolan Santai, 2 Petani Gen Z di Magetan Berhasil Buat Inovasi Alat Semprot Pestisida
Dua petani gen Z asal Kabupaten Magetan, Jawa Timur, berhasil membuat inovasi alat semprot pestisida sawah yang membuat hemat waktu dan tenaga.
Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Dwi Prastika
Poin Penting:
- Dua petani gen Z asal Magetan berhasil memodifikasi alat semprot pestisida sawah yang bermanfaat untuk petani.
- Alat semprot pestisida sawah yang mereka modifikasi mampu menjangkau jarak mencapai 12 meter.
- Bisnis alat semprot pestisida modifikasi mengantarkan kedua pemuda itu, dalam dunia industri.
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Febrianto Ramadani
TRIBUNJATIM.COM, MAGETAN - Dua petani gen Z asal Kabupaten Magetan, Jawa Timur, berhasil membuat inovasi alat semprot pestisida sawah.
Dua petani muda itu adalah Yusril Anwar (24), asal Desa Becok, Kecamatan Kartoharjo, Kabupaten Magetan, dan temannya, Herbet Romadoni, yang mempunyai pengalaman 5 tahun bekerja di Jepang.
Alat semprot pestisida sawah yang mereka modifikasi mampu menjangkau jarak mencapai 12 meter.
Padahal umumnya, peralatan tersebut hanya mampu menjangkau maksimal 5 meter.
“Kami ingin menyampaikan bahwa bertani itu keren. Bisa menggunakan teknologi, punya karya dan juga membuat sejahtera,” ujar Yusril, Selasa (28/10/2025).
Dirinya menyebutkan, jika memakai alat semprot biasa membutuhkan waktu hingga 1 jam.
Sedangkan alat yang telah dimodifikasi hanya memakan waktu 20 menit saja, tanpa mengurangi kualitas hasil panen.
Lebih lanjut, lulusan S1 di salah satu universitas di Ponorogo, Jawa Timur, ini mengungkapkan, inovasi tersebut lahir dari obrolan santai di rumah.
“Mas Herbet menunjukkan rakitan semprotan yang terinspirasi dari video petani Thailand di TikTok. Kami tertarik membuatnya, malah viral dan sampai sekarang menerima pesanan," ungkapnya.
Menurutnya, video TikTok yang diunggah dua akun TikTok, yakni Kang Tani Muda dan COTH Garage (Company of Technology Handmade), ditonton puluhan ribu kali dan menarik pembeli pertama asal Bali.
Baca juga: Tujuan Program Petani Milenial 2024 Dibuka, Gaji Rp 10 Juta Per Bulan, Berikut Syarat dan Caranya
“Dari situ lahirlah bengkel COTH Garage (Company of Technology Handmade) yang kini menjadi motivasi kami bertahan di tengah digitalisasi dan ketidakpastian kerja,” ucapnya.
Bisnis alat semprot pestisida modifikasi mengantarkan kedua pemuda itu, dalam dunia industri.
Setiap bulan, mereka mampu menjual 5 sampai 6 unit.
“Karena keterbatasan sumber daya manusia dan permodalan, harga jualnya antara Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per unit," imbuhnya.
Yusril juga mengakui, ada tantangan besar yang terus dihadapi petani muda.
Mulai cuaca tidak menentu, harga jual gabah hasil panen, kekurangan sumber daya manusia, dan modal.
“Harga padi turun jadi Rp 6.500 per kilogram, sebelumnya mencapai Rp 7.200. Padahal biaya pupuk dan pestisida naik. Harapannya ada pelatihan dan dukungan agar petani muda tetap mau bertahan,” tuturnya.
Mereka percaya, menjadi petani di era digital bukan sekadar soal mencangkul dan menanam, tetapi juga tentang inovasi, kolaborasi, dan keberanian mencoba hal baru.
“Ketahanan pangan nasional bukan sekadar seruan saja, tapi gerak nyata. Masa depan pangan Indonesia juga bisa lahir dari tangan-tangan gen Z,” pungkasnya.
petani gen Z
Magetan
Desa Becok
Kecamatan Kartoharjo
TribunJatim.com
Berita Magetan Terkini
Tribun Jatim
berita Jatim terkini
| Ramalan Cuaca Jatim Rabu 29 Oktober 2025, Hampir Seluruh Wilayah Hujan Ringan, Surabaya Pagi Malam |
|
|---|
| Tak Konsentrasi, Kades di Ponorogo ini Tabrak Pantat Motor Honda Beat, Tewas Saat Dirawat di RS |
|
|---|
| Jatiroso Catering Surabaya Gelar Food Testing, Hadirkan Pengalaman Cicipi Hidangan Pesta Pernikahan |
|
|---|
| Gubernur Jatim Khofifah Jawab Soal Dana Rp 6,8 Triliun yang Mengendap di Bank, Sebut Aturan Pusat |
|
|---|
| Atasi Masalah Mental Masyarakat, UIN SATU Deklarasikan Tulungagung Sehat Mental, Akan Buat Aplikasi |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.