Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Awal Mula Konflik Yai Mim eks Dosen UIN Malang dan Tetangganya, Sahara Bantah Parkir di Tanah Wakaf

 Inilah awal mula konflik Yai Mim dan Sahara, yang namanya tengah ramai diperbincangkan di media sosial.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
YouTube Kompas TV - Curhat Bang Denny Sumargo
KONFLIK YAI MIM - Kolase foto Yai Mim, eks dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Jawa Timur dan tetangganya Sahara, yang tengah berkonflik dengannya perkara tanah. 

TRIBUNJATIM.COM - Inilah awal mula konflik Yai Mim dan Sahara, yang namanya tengah ramai diperbincangkan di media sosial.

Imam Muslimin atau Kiai Imim (Yai Mim) adalah eks dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Sementara Sahara adalah tetangganya di Perumahan Joyogrand, Kota Malang, Jawa Timur.

Konflik mereka diduga salah satunya karena persoalan tanah.

Lahan yang dipersoalkan itu kini telah berfungsi sebagai jalan umum di depan kediaman mereka.

Hal ini dibenarkan oleh Lurah Merjosari, Moh Saiful Arif, yang mengatakan bahwa persoalan tanah menjadi salah satu konflik yang hingga meluas di media sosial tersebut.

"Seperti yang ada di media sosial itu, mas, terkait persoalan tanah juga," kata Arif pada Rabu (1/10/2025), seperti dilansir dari Kompas.com.

Konflik antara Yai Mim dan pasangan suami-istri Sahara-Sofwan, yang tinggal bersebelahan di Perumahan Joyogrand Kavling Depag III Atas, Kelurahan Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, terkait dua klaim yang saling berlawanan.

Pihak Yai Mim mengeklaim bahwa jalan di depan rumahnya adalah bagian dari tanah miliknya yang telah diwakafkan pada tahun 2007.

Saat itu, pihak pengembang perumahan meminta sebagian lahan untuk dijadikan fasilitas umum (fasum) berupa jalan.

Karena statusnya sebagai tanah wakaf untuk kepentingan umum, Kiai Imim merasa keberatan jika tetangganya secara rutin menggunakan akses tersebut untuk memarkir kendaraan.

Baca juga: Dosen Cekcok dengan Tetangga sampai Guling-guling di Tanah, Kampus Buka Suara: Urusan Pribadinya

Adapun pihak Sahara membantah klaim tersebut.

Menurut dia, jalan itu bukanlah milik pribadi Kiai Imim yang diwakafkan, sehingga statusnya sebagai jalan umum murni dan dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar.

Menyikapi kebuntuan ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang melalui Kelurahan Merjosari mengambil langkah tegas untuk mencari titik terang.

Lurah Merjosari, Moh Saiful Arif menyatakan, pihaknya akan melibatkan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk melakukan verifikasi legalitas tanah.

"Untuk masalah tanah ini, kami tidak bisa memutuskan sepihak. Kami akan mendatangkan BPN untuk melakukan verifikasi lapangan dan pengukuran ulang. Kami sudah berkoordinasi dengan mereka," kata Arif.

Langkah ini diharapkan dapat memberikan kepastian hukum mengenai status kepemilikan dan fungsi lahan yang menjadi obyek sengketa.

Baca juga: Imbas Diduga Ribut dengan Warga, Imam Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Mengundurkan Diri: itu Joget

Sebelumnya, upaya mediasi formal telah dijadwalkan oleh pihak kelurahan dan kecamatan pada Senin (29/9/2025) lalu.

Namun, mediasi tersebut terpaksa ditunda karena Yai Mim berhalangan hadir.

"Awalnya kami berharap kedua belah pihak bisa hadir untuk mencari solusi. Namun, Pak Imam Muslimin sedang berada di Jakarta untuk acara podcast, sehingga tidak bisa hadir," ujar Arif.

Pihak kelurahan menegaskan akan segera menjadwalkan ulang pertemuan mediasi tersebut.

Tujuannya, meredam konflik dan mengembalikan kerukunan di tengah masyarakat, khususnya di lingkungan RT 09 RW 09, Kelurahan Merjosari.

"Kami akan cari waktu lagi yang paling pas, agar kedua pihak bisa duduk bersama. Harapan kami, masalah ini bisa diselesaikan secara damai dan tidak berlarut-larut," kata dia. 

Sebelumnya, konflik tersebut memunculkan berbagai tuduhan terhadap Yai Mim, mulai dari pemblokadean jalan, pencemaran nama baik, provokasi, hingga dugaan pelecehan.

Namun, di tengah derasnya tuduhan dan opini negatif yang beredar di media sosial, situasi berbalik.

Banyak warganet justru menunjukkan simpati kepada Yai Mim.

Dalam sebuah pertemuan yang dibagikan melalui akun Instagram pribadinya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengaku kagum dengan cara berpikir Yai Mim, terutama tentang konsep tasawuf dan tafsir musyarokah.

Tasawuf sendiri merupakan ajaran Islam yang menekankan pembersihan hati dan kedekatan spiritual dengan Allah SWT.

Dalam percakapan tersebut, Yai Mim menjelaskan tafsir unik tentang musyarokah yang ia kaitkan dengan kebersamaan antara manusia dan alam.

Ia menilai, istilah musyrik yang sering dimaknai negatif justru memiliki makna mendalam jika dipahami secara filosofis.

"Kang Dedi, itu ajarannya kan itu yang musyrik-musyrik lah. Saya justru kalau ada pohon besar, orang-orang tak ajak musyrik dulu untuk apa? Untuk musyarokah, itu artinya kerja sama," ujar Yai Mim dalam video yang diunggah pada Rabu (1/10/2025).

Baca juga: Diusir Warga, Mantan Dosen Viral Guling-guling di Tanah Kini Jual Rumah & Hidup Berpindah-pindah

Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa konsep musyrik bisa dimaknai sebagai tindakan menjaga dan bekerja sama dengan ciptaan Allah, seperti pohon.

"Jadi, musyrik itu apa? Memelihara kepada sesuatu, misalnya pohon itu besar, lalu kita pelihara, kita jaga, kita kasih supaya dia mengeluarkan oksigen. Kita memelihara pohon, dia memberikan perlindungan pada kita. Namanya musyarokah. Syirik, musyarokah menuju Allah," tambahnya.

Dedi Mulyadi mengapresiasi penjelasan tersebut. Ia menyebut pandangan Yai Mim sebagai tafsir yang keren dan memperluas wawasan.

"Waduh ini Pak Yai, malah nge-fans sama berandalan kayak saya. Tafsir musyarokah-nya keren banget dan semoga menambah wawasan netizen sekalian," tulis Dedi dalam unggahan tersebut.

Dedi juga menambahkan bahwa istilah musyarokah seakar dengan kata 'masyarakat', yang bermakna kebersamaan dalam komunitas manusia dan alam.

"Betapa kita hidup dalam komunitas manusia dan komunitas alam, baik yang kasat mata maupun tidak kasat mata. Duh pagi-pagi malah kuliah shorof dan ma'ani," pungkasnya.

Yai Mim Mundur Jadi Dosen

Di tengah sorotan publik akibat konflik dengan tetangganya, Yai Mim juga mengumumkan pengunduran dirinya sebagai dosen UIN Malang.

Keputusan ini ia ambil secara resmi dan telah disampaikan melalui surat kepada pihak kampus. Ia menegaskan bahwa langkah ini merupakan bentuk tanggung jawab pribadi agar bisa fokus menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.

"Saya sudah mengajukan mundur [sebagai] dosen. Suratnya bisa dilihat. Saya mengajukan mundur," ujar Imam pada Rabu (17/9/2025).

Menurutnya, suasana belajar di kampus sudah tidak kondusif. Mahasiswa tidak lagi menghadiri kelas yang ia ampu, bahkan tidak merespons pesan yang ia kirimkan.

"Semua mahasiswa enggak ada yang datang. Saya WA (WhatsApp) enggak ada yang jawab. Daripada saya sakit hati, saya menulis surat kepada atasan saya bahwa saya mundur," jelasnya.

Ia menambahkan bahwa keputusan tersebut bersifat permanen. Dengan tidak lagi terikat pada jadwal mengajar, ia berharap bisa lebih fokus menyelesaikan masalah pribadi.

"Saya mundur memulai hari ini sampai dengan selamanya. Agar kalau ada hal-hal yang mungkin diperlukan dari saya, saya tidak terikat oleh jam mengajar lagi. Bisa fokus," katanya.

Imam menegaskan bahwa keputusannya bukan karena alasan finansial, melainkan prinsip.

"Bagi saya, dosen itu adalah pengabdian, bukan uang," pungkasnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved