Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Penasihat Ahli Kapolri Kuak Taktik Perusuh Beraksi saat Demo, Ada 1 Situasi Khusus yang Dimanfaatkan

Dalang di balik kerusuhan yang terjadi saat aksi demo di Indonesia kini menjadi sorotan.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.com/Lidia Pratama Febrian
KERUSUHAN DEMO - Demo mahasiswa di DPR RI pada 28 Agustus 2025 di Jakarta berakhir ricuh. Polisi dorong massa dengan mater cannon. Bagaimana polanya? 

TRIBUNJATIM.COM - Dalang di balik kerusuhan yang terjadi saat aksi demo di Indonesia kini menjadi sorotan.

Orang-orang yang beraksi rusuh tiap ada demo besar ini memiliki pola khusus.

Hal ini seperti diungkapkan Penasihat Ahli Kapolri, Irjen (Purn) Aryanto Sutadi.

Aryanto mengungkapkan, taktik ini digunakan para perusuh untuk memicu tindakan anarkis, memanipulasi situasi, dan mengaburkan fakta di mata publik.

Dalam dialognya di acara Sapa Indonesia Pagi KompasTV pada Selasa (2/9/2025), Aryanto yang telah menangani demonstrasi sejak tahun 1998, menegaskan bahwa tidak semua aksi penyampaian aspirasi berlangsung murni.

 "Di dalam setiap penyampaian aspirasi itu tidak pernah murni," kata Aryanto, seperti dilansir dari TribunJambi.

Dia menjelaskan unjuk rasa yang tulus biasanya mengikuti aturan, seperti dilaksanakan pada pagi hingga sore hari.

Menurut Aryanto, tindakan anarkis sering kali dipicu saat polisi mulai membubarkan massa setelah batas waktu yang ditentukan, yakni pukul 18.00 WIB. 

Saat polisi menjalankan tugasnya, di situlah para perusuh memanfaatkan situasi. 

Mereka memprovokasi, memancing kericuhan, hingga akhirnya memicu perusakan.

"Di situlah yang dipancing-pancing gitu sehingga nanti kemudian timbul pengrusakan di sekitar itu dan biasanya kan terjadi malam. Petang itu terjadi perlawanan dan tindakan anarkis yang meluas," ungkapnya.

Baca juga: Mahasiswa Gelar Demo di DPRD Tuban, Layangkan 8 Poin Tuntutan

Aryanto dengan tegas menyatakan bahwa kebebasan berpendapat di Indonesia kerap dimanfaatkan oleh kelompok perusuh yang ingin memicu kemarahan masyarakat demi kepentingan mereka.

Lebih lanjut, Aryanto mengungkapkan adanya taktik cerdas yang digunakan perusuh dalam menyebarkan informasi di media sosial. 

Dia menyoroti yang sering kali viral adalah video yang menunjukkan tindakan represif polisi saat membubarkan massa.

"Sementara yang tindakan-tindakan daripada perusuh yang menyerang polisi, misalnya ya, nendang-nendang, melempar bom molotov dan sebagainya itu kan tidak pernah diviralkan secara umum. Itulah taktik dari para perusuh itu," jelasnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved