Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Polemik Narasi Kendaraan Nunggak Pajak Tak Bisa Isi BBM, Pertamina Klarifikasi Kabar Tersebut: Hoaks

Pertamina Patra Niaga memastikan bahwa penyaluran BBM, khususnya BBM Subsidi, tetap berjalan sesuai ketentuan pemerintah dengan mekanisme yang berlaku

Editor: Torik Aqua
Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus
POLEMIK - Truk tangki pengangkut BBM Pertamina ukuran 24 KL dikerahkan untuk mensuplai SPBU kawasan Banyuwangi dan Jember. Pertamina klarifikasi soal isu larangan isi BBM untuk kendaraan yang menunggak pajak. 

Diskusi pun semakin melebar, hingga menyinggung pengaturan tombol pada dispenser di SPBU Pertamina.

Dalam obrolan warganet, muncul anggapan bahwa penggunaan tombol otomatis yang dikenal sebagai P1, P2, dan P3 berpotensi dimanfaatkan untuk mengurangi volume BBM.

Tombol ini biasanya dipakai operator untuk mempercepat pengisian dengan nominal tertentu, seperti Rp 10 ribu atau Rp 20 ribu.

“Kalau isi Rp 11 ribu misalnya, harus diinput manual. Nah, kecurangannya bisa muncul di tombol otomatis. Seharusnya Rp 10 ribu setara 1.000 ml, tapi kalau sudah di-setting, bisa saja yang keluar hanya 950 ml,” tulis salah satu komentar dari pengguna akun @a_a*** yang mendapatkan belasan ribu like.

Tombol otomatis pengisian P1-P3 bukan jumlah BBM

Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth Marchelino Verieza, menegaskan bahwa sistem tersebut dirancang untuk memastikan konsistensi volume yang diterima pelanggan.

“P1 sampai P3 adalah pengaturan kecepatan pada nozzle, bukan jumlah BBM. Jika antrean padat, operator bisa menggunakan P3 untuk mempercepat layanan. Tapi jumlah BBM yang keluar tetap sama karena SPBU melakukan tera dan pengetesan setiap hari,” jelas Roberth kepada Kompas.com, Senin (1/9/2025).

Menurutnya, volume BBM yang diterima konsumen murni tergantung pada nominal pembelian, bukan metode pengisian.

Artinya, jika seseorang membeli Rp 10 ribu, maka bahan bakar yang keluar sesuai nilai tersebut, begitu juga Rp 20 ribu atau Rp 30 ribu.

“Jumlah BBM pasti sesuai dengan nilai rupiah yang dibayarkan. Kalau beli Rp 10 ribu ya dapat Rp 10 ribu, beli Rp 12 ribu ya sesuai Rp 12 ribu. Tidak ada perbedaan antara pengisian otomatis maupun manual karena seluruh dispenser diuji akurasinya,” tegasnya.

Pengetesan rutin dan upaya pencegahan kecurangan

Roberth juga memastikan seluruh dispenser BBM di SPBU Pertamina rutin diuji takarannya.

Setiap hari dilakukan pengetesan oleh operator, dan secara berkala dilakukan kalibrasi untuk menjaga akurasi sistem.

Hal ini dilakukan agar konsumen tidak merasa dirugikan dan tetap percaya pada layanan Pertamina.

“Setiap hari SPBU wajib melakukan pengetesan, dan secara berkala juga dilakukan kalibrasi. Selain itu, petugas Pertamina bisa sewaktu-waktu melakukan pengecekan acak di lapangan,” kata Roberth.

Selain memastikan akurasi teknis, Pertamina juga menyiapkan langkah pencegahan terhadap potensi kecurangan, baik oleh oknum operator maupun pihak ketiga.

Edukasi diberikan kepada pengelola SPBU dan operator, disertai pengecekan rutin serta pembinaan jika ada pelanggaran.

“Kami terus mengedukasi operator dan konsumen, melakukan pengecekan ke SPBU, serta memberikan pembinaan bila ada yang menyalahi aturan. Konsumen juga bisa melapor melalui call center Pertamina 135 bila menemukan dugaan kecurangan,” ungkapnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved