Berita Viral
Alasan Penari Ndolalak Joget di Acara Maulid Nabi, Panitia Akui Lupa Lepas Banner, Tak Niat Lecehkan
Tengah viral di media sosial video penari Ndolalak berjoget di panggung acara Maulid Nabi Muhammad SAW.
Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Tengah viral di media sosial video penari Ndolalak berjoget di panggung acara Maulid Nabi Muhammad SAW.
Peristiwa itu terjadi di Desa Mutisari, Kecamatan Watumalang, Kabupaten Wonosobo.
Dalam video yang viral, tampak seorang penari perempuan menari diiringi musik dangdut.
Bahkan, seorang pemuda tampak ikut naik ke panggung.
Sejumlah penonton, termasuk anggota TNI, terlihat merekam momen tersebut dengan ponsel mereka.
Unggahan itu langsung menuai kecaman warganet.
Banyak yang menilai hiburan dangdut tidak pantas digelar dalam rangkaian peringatan Maulid Nabi, bahkan sebagian menudingnya sebagai bentuk penistaan agama.
Menanggapi polemik tersebut, panitia acara memberikan klarifikasi.
Mereka menegaskan bahwa pertunjukan Ndolalak berlangsung malam hari setelah pengajian selesai, bukan di waktu yang sama.
“Panitia lupa melepas banner pengajian saat acara itu berlangsung. Baru sadar setelah acara dangdutan usai,” kata Soli, salah seorang panitia, Kamis (25/9/2025), melansir dari Kompas.com.
Samsul, warga Mutisari sekaligus suami kepala dusun setempat, menambahkan bahwa pentas Ndolalak merupakan inisiatif para pemuda untuk memberi hiburan kepada warga.
“Acara Ndolalak dimulai pukul 21.00 WIB, sedangkan pengajian Maulid Nabi sudah selesai sejak siang, pukul 09.00 sampai 13.00 WIB. Jadi tidak bersamaan,” ujarnya.
Baca juga: Di Tengah Warga Protes Kenaikan PBB 250 Persen, Beredar Video Bupati Sudewo Asyik Sawer Biduan
Menurutnya, pertunjukan Ndolalak itu baru pertama kali digelar di dusunnya.
Panitia juga menegaskan tidak ada niat melecehkan agama.
Banner pengajian dibiarkan tetap terpasang karena lokasinya dekat tebing sehingga lebih aman bila tidak dilepas.
Untuk meredam polemik, pihak Polsek dan Koramil Watumalang dijadwalkan memanggil panitia serta pihak terkait pada Kamis malam.
Pertemuan itu diharapkan bisa menyamakan persepsi dan menenangkan situasi yang telah telanjur viral di media sosial.
Apa itu Tari Ndolalak?
DPRD Jateng pernah menyelenggarakan Dialog Kebudayaan dan Pagelaran Tari Ndolalak di Hotel Sanjaya, Kabupaten Purworejo, Sabtu (12/2/2022).
Hal ini sebagai upaya melestarikan seni tradisi yang ada di masyarakat Purworejo.
Bagaimana pandangan terkait Tari Ndolalak?
Dalam Dialog Kebudayaan itu, menghadirkan narasumber Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko, yang hadir secara virtual; pelaku seni Tari Krisyanti Tri Astuti; dan Pemerhati Budaya Kabupaten Purworejo, Verra Anggraeni Purwaningrum.
Pemerhati Budaya Kabupaten Purworejo, Verra Anggraeni Purwaningrum menegaskan, kesenian tradisional merupakan salah satu sarana hasil dari cipta rasa dan karsa manusia, sehingga kesenian tradisional juga bisa menjadi suatu identitas tersendiri dari daerah tersebut.
Baca juga: Siswa SD Dibiarkan Sawer Biduan saat Perpisahan Sekolah, Uang dari Orangtua, Kepsek: Kami Kecolongan
Sebagai contoh tarian Ndolalak yang merupakan identitas kesenian masyarakat Purworejo dan sekitar, yang tidak dimiliki oleh daerah lain.
"Tari Ndolalak merupakan sejarah dari Kabupaten Purworejo dan beberapa daerah sekitar yang menggambarkan tentang perilaku serdadu kolonial Belanda ketika beristirahat di CAMP mereka saat masa penjajahan. Pada saat istirahat itu para serdadu Belanda kemudian melakukan pesta dan berdansa. Aktivitas tersebut kemudian ditiru oleh orang pribumi dan terciptalah gerakan sederhana dan berulang-ulang yang kemudian dinamakan tari Ndolalak. Nama Ndolalak diambil dari tangga nada DO dan LA karena awalnya tarian ini hanya diiringi nada do dan la,” katanya.
Pelaku seni Ndolalak yang juga hadir di acara itu, Krisyanti Tri Astuti menegaskan, Tari Ndolalak memang sempat menjadi kontroversi karena dianggap sebagai tarian erotis.
Bahkan beberapa kalangan sempat melarang penampilan kesenian tradisional ini. Hal itu karena kostum yang dikenakan para penari, banyak meniru seragam para serdadu Belanda yang sedang pesta yang tentu eksotis.
"Namun saat ini, pelaku Ndolalak sadar, saat menarikan di depan anak-anak ataupun kelompok agama, mereka mengenakan celana yang sopan hingga menutup lutut. Ini untuk menyesuaikan dengan norma yang ada. Namun dalam pentas umum, tetap menggunakan kostum yang memang jadi ciri khas tarian ini," tegasnya.
Ditambahkan, butuh peran pemerintah daerah dan kesadaran masyarakat untuk melestarikan kesenian tradisional semacam Tari Ndolalak ini.
Keberhasilan pelestarian kesenian tradisional sangat ditentukan oleh kemampuan pemerintah daerah bersama dengan DPRD, dalam merumuskan program dan kebijakan yang langsung bersentuhan dengan kelompok kelompok kesenian yang terbentuk.
“Dan juga peran serta dari pemerintah daerah dalam membantu menunjang sarana prasarananya,” katanya.
Pembinaan terhadap kelompok seni tradisional sangat diperlukan dalam usaha melestarikan kesenian tradisional. “Harapan kita bahwa nanti kesenian tradisional akan masih dapat dinikmati oleh anak cucu kita nanti,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko menegaskan, Indonesia memiliki kebudayaan yang cukup banyak dan beragam.
Sayangnya, tidak semua generasi muda paham dan mengerti keberagaman budaya asli Indonesia, mereka malah megangumi bahkan memuja-muja budaya luar yang dia nilai tidak bernilai nasionalisme.
"Jika kita tidak memelihara kebudayaan yang kita miliki, bisa jadi kebudayaan kita menghilang dan diakui negara lain," kata Heri Pudyatmoko yang tidak bisa hadir secara langsung dalam dialog karena alasan masih tingginya angka penularan Covid-19 di Jawa Tengah.
Baca juga: Bocah Keasyikan Sawer TikToker Rp 410 Juta, Bikin Orang Tua Teriak Minta Kembalikan Uang
Ditambahkan, dalam ikrar Sumpah Pemuda dijelaskan, bahwa putra putri Indonesia siap bertanah air, berbangsa dan Berbahasa Indonesia.
"Jika kita jelaskan dari ikrar Sumpah Pemuda yang membahas tentang Tanah Air, sudah jelas jika Tanah Air kita Tanah Air Indonesia. Indonesia kaya akan budaya. Namun jika kita tidak memeliharanya, serta berusaha melestarikan, dikahwatirkan kebudayaan kita akan hilang ditelan zaman," tegasnya.
"Harapan saya selaku Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah, budaya dan seni tradisional yang ada di Jawa Tengah harus tetap lestari, agar anak cucu kita dapat merasakan, mengenal, dan mengetahui kebudayaan asli Indonesia. Lestarikan budaya kita sebagai wujud syukur kita kepada Sang Maha Pencipta. Berikan hak-hak anak cucu kita berupa budaya yang mendidik sesuai dengan falsafah dan histori bangsa Indonesia, untuk kelangsungan hidup segenap komponen nusa dan bangsa," katanya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
berjoget di panggung acara Maulid Nabi Muhammad
penari Ndolalak
Kabupaten Wonosobo
viral di media sosial
berita viral
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Alasan Sule Langsung Minta Tilang saat Dicegat Dishub, Pelanggarannya Juga Diungkap Petugas |
![]() |
---|
Arief Nyaris Kehilangan Rp 55 Juta karena Bawa Kecap ke Luar Negeri: Awal Mula Masalah Besar |
![]() |
---|
Imbas Keracunan, Santri Dilarang Orang Tuanya Makan Menu MBG: Tentu Khawatir |
![]() |
---|
Beda Sikap Kades Sejak Memimpin, Dulu Tokoh Penolak Tambang Kini Berubah, Bikin Warga Mengamuk |
![]() |
---|
Tangis Wakil Kepala BGN Minta Maaf setelah Ribuan Anak Keracunan Menu MBG: Kesalahan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.