Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Pinah Tetap Jualan Meski Terancam Radiasi Radionuklidal CS-137, Sudah Ada Warga yang Rasakan Sesak

Pedagang dan buruh di Cikande tetap beraktivitas seperti biasa meskipun terancam radiasi CS-137 setelah ditetapkan pemerintah baru-baru ini.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.COM/RASYID RIDHO
PAPARAN RADIOAKTIF - Kampung Kecombrang, Desa Nambo Udik, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, masih beraktifitas normal meski ancaman paparan radioaktif menghantui mereka. Kamis (2/10/2025). 

Poin penting: 

  • Meski terpapar radiasi radionuklidal CS-137, warga di sekitar kawasan Cikande, Kabupaten Serang memilih tetap beraktivitas biasa.
  • Warga menolak jika pemerintah meminta warga mengungsi. Mereka meminta pemerintah membersihkan atau menutup permanen pabrik, bukan memindahkan warga.
  • Pemerintah baru bergerak sosialisasi setelah ramai dikritik agar melakukan sosialisasi ke warga.

TRIBUNJATIM.COM - Aktivitas biasa masih dilakukan warga baik pedagang hingga buruh di kawasan awal radioaktif Cesium-137.

Meskipun pemerintah telah menetapkan bahwa ada titik-titik kawasan di daerah Kabupaten Serang yang terpapar radioaktif, tapi warga tetap memilih untuk bertahan.

Warga Kampung Kecombrang, Desa Nambo Udik, Kecamatan Cikande, Kabupaten Serang, Banten, tetap menjalankan aktivitas sehari-hari meski berada di dekat PT PMT, yang diduga menjadi sumber awal radioaktif Cesium-137.

Dikutip TribunJatim.com dari pantauan Kompas.com pada Kamis (2/10/2025) dari pukul 10.00 hingga 11.00 WIB, tidak terlihat warga mengungsi, meski rumah mereka hanya berjarak sekitar 15 meter dari pabrik peleburan stainless steel tersebut.

Warga masih beraktivitas normal seperti pergi ke ladang, menjemur pakaian, hingga berjualan.

Lapak-lapak warung makan pun tetap buka, dengan pedagang gorengan, kopi, dan makanan lainnya beroperasi seperti biasa.

Salah satu warga, Pinah (26), mengaku tetap berjualan meski merasa takut setelah mengetahui adanya sumber radioaktif di dekat rumahnya.

"Masih kaya biasa, warga sini masih beraktivitas normal. Takut sih, di TikTok atau di berita katanya kalau terpapar lama-lama bisa menyebabkan penyakit kanker atau apa gitu. Takut mah takut," ujarnya.

Namun, ia menambahkan bahwa kedua orang tuanya dalam dua bulan terakhir sering mengeluhkan sesak napas.

"Di sini kan banyak yang sakit, yang ngeluh. Saya juga ini enggak tahu, sesak terus. Abah saya juga sesak," katanya.

Baca juga: Mantan Kades Karanganom Tulungagung Ditahan KPK, Diduga Bayar Suap Ijon Proyek Hibah Pokmas

Meski begitu, keluarganya belum memeriksakan diri ke puskesmas.

Pinah menyoroti kurangnya sosialisasi dari pemerintah, baik di tingkat desa maupun pusat.

"Seharusnya kan pemerintah aktif gitu ya, maksudnya ngasih tahu. Kalau enggak, ngasih fasilitas ngecek kesehatan. Gejalanya apa saja? Harusnya kan gitu. Kalau ini kan enggak ada dari desa, dari pemerintah setempat," ujarnya.

Baca juga: Pasien BPJS Terpaksa Tidur di Kasur Penuh Ulat Belatung, Pihak RSUD Alasan Ruang IGD Penuh

Warga tolak permintaan mengungsi

Pinah menolak jika pemerintah meminta warga mengungsi. Ia menegaskan, seharusnya pemerintah membersihkan atau menutup permanen pabrik, bukan memindahkan warga.

"Kalau disuruh mengungsi enggak deh. Kalau harus ngungsi ya, kalau misalkan kita diungsikan, memang pemerintah mau menanggung kita, pindah rumah ke mana?" ucapnya.

Warga lain, Andi (52), juga tetap memilih bertahan. Ia mengaku sehat-sehat saja dan tidak merasa ada gejala paparan radiasi.

"Kalau saya sehat-sehat. Alhamdulillah tidak ada gejala, yang kerja di situ (PT PMT) saja yang dicek ke puskesmas, yang sudah berhenti," katanya.

Andi pun menolak jika diminta meninggalkan rumah sekaligus warung miliknya.

"Mau ke mana ngungsi-nya, siapa yang mau tanggung jawabnya. Saya tinggal di sini sebelum pabrik (PMT) berdiri," tuturnya.

Perusahan-perusahan yang ada didalam kawasan Industri Cikande, Serang tetap beroperasi dan mempekerjakan buruhnya seperti biasa.
Perusahan-perusahan yang ada didalam kawasan Industri Cikande, Serang tetap beroperasi dan mempekerjakan buruhnya seperti biasa. ((KOMPAS.COM/RASYID RIDHO))

Meski pemerintah telah menetapkan wilayah Cikande sebagai daerah terpapar radiasi radionuklida CS-137, aktivitas industri di Kawasan Industri Cikande tetap berjalan.

Para buruh pun masih bekerja.

“Masih (beroperasi pabrik dan para buruh tetap bekerja), karena kan yang di sini semuanya pabrik bukan makanan. Yang takut kena paparan itu pabrik makanan. Di sini semua sih pabrik plastik, baja," kata Ketua RT 02/04 Kampung Combrang, Cikande, Sayuti.

Menurutnya, setiap pabrik di kawasan modern Cikande, terutama yang dekat titik terpapar, diawasi oleh Satgas Penahanan Penyebaran Radiasi. Ia juga menyebut para buruh yang tinggal di kos miliknya masih tetap berangkat kerja.

Baca juga: Imbas Ulah Sahara, Keluarga Yai Mim Ikut Terseret, Eks Dosen Siap Perang: Tidak Ada Mediasi

"Para pekerja yang ngontrak ini pada masuk kerja, sejak ramai radioaktif enggak libur," ujarnya.

Namun, kondisi ini membuat sebagian buruh merasa dilema. Syahrim salah satunya.

Dia mengaku khawatir dengan kesehatan, tetapi tetap harus bekerja demi keluarganya.

"Takut-lah, takut kena masalah kesehatan, tetapi mau gimana lagi, kalau enggak kerja enggak dapat uang," ucapnya.

Syahrim juga mengalami gatal-gatal meski belum sempat memeriksakan diri.

"Ini juga lagi gatel-gatel, pengen sih cek kesehatan, tetapi masih masuk kerja," katanya.

Baca juga: Gunakan Alat Berat, Petugas Temukan 2 Korban dari Bawah Reruntuhan Musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

Penjelasan BRIN

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengonfirmasi bahwa cemaran radiasi radionuklidal CS-137 di wilayah Cikande, Kabupaten Serang, Banten, berasal dari sumber pasif.

Menurut BRIN, cemaran ini relatif mudah untuk diatasi.

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menjelaskan bahwa akses ke wilayah yang terpapar telah dibatasi.

"Akses sudah dibatasi di lokasi titik-titik itu. Jadi sebenarnya tidak perlu terlalu panik, karena itu kan paparan dari sumber pasif kalau istilah kami, bukan sumber radioaktifnya sendiri," ujar Laksana saat ditemui di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Rabu (1/10/2025), dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com

Laksana menambahkan bahwa cemaran di Cikande berasal dari barang yang terkontaminasi, sehingga penanganannya menjadi lebih sederhana.

"Kan dari barang yang terkontaminasi. Jadi sebenarnya relatif mudah untuk diatasi sih," jelasnya.

Terkait sumber utama paparan radiasi, Laksana menyatakan bahwa pihaknya masih melakukan pemeriksaan bersama dengan Bareskrim Mabes Polri.

"Itu kami sedang melanjutkan pemeriksaan dengan Bareskrim juga. Kami melakukan forensik juga," ungkapnya.

BRIN juga terlibat langsung di lapangan dalam proses penanganan dengan pengawasan dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).

"Jadi kami mendampingi dan membantu terus kemudian juga membuatkan standar penanganan, membuatkan standar penyimpanan, pokoknya hampir semuanya lah ya. Karena ahli-ahlinya kan ada dari kami," urainya.

Tanggapan Menteri Lingkungan Hidup

Satgas Penanganan Sesium-137 masih menangani kasus paparan radiasi Sesium-137 di Desa Cikande, Kabupaten Serang, Banten.

Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, mengatakan bahwa ada 10 titik lokasi tercemar radioaktif di wilayah Cikande, dengan dua titik sudah didekontaminasi untuk menetralkan radiasi.

"Jadi, ada batasan-batasan tertentu yang kita tidak boleh deketin dan seterusnya. Masih ada 8 lagi yang akan didekontaminasi," kata Hanif Faisol Nurofiq kepada wartawan saat di Serang, Selasa (30/9/2025), dikutip dari Kompas.com

Saat ini, kata Hanif, tim akan melakukan inventarisasi detail untuk mengetahui lokasinya dan parameter yang harus dibersihkan.

Setelah diinventarisasi, lanjut Hanif, dengan cepat dan hati-hati selesai, maka akan dilakukan dekontaminasi.

"Jadi (titik) lokasinya masing-masing ada yang rongsokan, ada yang terbuka, ada beberapa titik, bahkan di depan rumah," ujar Hanif.

Hanif menegaskan bahwa semua titik yang terpapar sudah dilakukan lokalisasi dengan pemasangan plang-plang peringatan agar tidak ada aktivitas.

"Ini yang sedang kami lakukan. Yang paling penting, tidak boleh mendekati plang-plang tadi, tetapi tim sosialisasi akan segera turun ke masyarakat untuk menyampaikan ini," kata dia.

Berita viral lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved