Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Santri Lirboyo Dibiarkan Ikut Ngecor Bangunan Ponpes, Ponpes Sebut Amal Jariyah dan Libatkan Ahli

Inilah penjelasan tentang video ratusan santri ponpes ikut ngecor bangunan yang viral di media sosial.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
IST - KOMPAS.com/M.AGUS FAUZUL HAKIM
SANTRI IKUT NGECOR - Tangkapan layar video ratusan santri ikut ngecor bangunan dan gerbang gapura masuk Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri, Jawa Timur. 

Pada peristiwa itu, menurutnya, ada hikmah yang bisa dipetik, yakni pentingnya mengedepankan hal-hal yang bersifat prinsip saat mengerjakan proyek pembangunan, termasuk gedung pesantren.

“Ada hikmah bahwa saat membangun secara internal, harus mengedepankan hal-hal yang prinsip, termasuk konstruksinya demi keamanan santri,” pungkasnya.

Baca juga: Struktur Bangunan Musala Ponpes Al-Khoziny Diduga Tak Kuat, Ketua RT: Santri Minta Izin Ngecor

Sementara itu, runtuhnya bangunan di Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025), menjadi perhatian nasional.

Namun, di tengah sorotan publik dan desakan kepada Tim SAR untuk bertindak cepat, muncul pertanyaan kritis di media sosial: mengapa tim evakuasi tidak menggunakan crane atau alat berat untuk memindahkan puing-puing beton agar prosesnya lebih cepat?

Jawabannya ada pada ilmu penanganan bencana, yang memisahkan antara efisiensi konstruksi dan kehati-hatian penyelamatan jiwa.

Dalam operasi pencarian dan penyelamatan atau Search and Rescue (SAR), kecepatan harus tunduk pada stabilitas dan keselamatan, sebuah prinsip yang sepenuhnya berada di bawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Taufik Widjojono, menuturkan, Tim SAR tidak bisa sembarangan mengerahkan alat berat karena tipologi keruntuhan di pesantren tersebut bukan keruntuhan biasa.

Berdasarkan analisis awal, bangunan mengalami jenis keruntuhan "Pancake Collapse".

Dalam keruntuhan pancake material saling tumpang tindih.

"Material bangunan jatuh dan menumpuk satu sama lain, membentuk lapisan-lapisan seperti tumpukan panekuk," urai Taufik, Sabtu (4/10/2025), dikutip dari Kompas.com.

Tumpukan ini bersifat sangat tidak stabil (sentilat).

Setiap pergerakan, sekecil apa pun (seperti getaran alat berat), dikhawatirkan akan memicu runtuhan susulan yang jauh lebih fatal.

Penggunaan crane atau alat berat untuk mengangkat beton secara cepat dalam kondisi ini justru berisiko memicu pergerakan material besar yang akan menghimpit dan membahayakan jiwa korban yang masih tertimbun hidup-hidup.

Taufik menegaskan penggunaan alat berat mengandung risiko, korban reruntuhan semakin terhimpit dan penggunaan alat berat berpotensi membahayakan jiwa.

"Jadi perlu kehati-hatian," imbuhnya.

Baca juga: Nanang Merangkak ke Temannya yang Kejang setelah Ponpes Al Khoziny Ambruk, Tetap akan Kembali Mondok

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved