Berita Viral
Tiap Hari Jual Gula Aren Rp9.000, Arifin Sekolahkan Anak hingga Jadi PPPK: Dulu Cuma Berharap
Perjuangan Arifin Samat (55) menyekolahkan anak hingga lulus perguruan tinggi terbayar sudah. Sang anak menjadi pejabat pemkab.
TRIBUNJATIM.COM - Perjuangan Arifin Samat (55) menyekolahkan anak hingga lulus perguruan tinggi terbayar sudah.
Warga Desa Kampung Makian, Kecamatan Bacan Selatan, Halmahera Selatan, Maluku Utara ini lega anaknya kini sukses menjadi pegawai Pemkab Halmahera Selatan.
Arifin menyekolahkan anak hasil dari jualan gula aren Rp9.000 per biji.
Ia mengolah gula aren ditemani sang istri, Wa Eni Lambadi (53).
Arifin memproduksi gula aren tersebut di kebun mereka di Desa Marabose, Kecamatan Bacan.
Baca juga: Sumarni Bertahan Jadi Pemulung selama 20 Tahun Demi Sekolahkan Anak: Tidak Ingin Membebani
Puluhan tahun hidup dari gula aren
Menurut Arifin, sudah puluhan tahun mereka menggantungkan hidup dari hasil mengolah pohon aren menjadi gula aren.
Dari hasil kerja keras itulah, pasangan suami istri ini berhasil menyekolahkan lima anaknya.
Bahkan satu di antaranya kini telah menjadi tenaga kesehatan (nakes) dengan status PPPK di Pemkab Halmahera Selatan.
"Dulu saya cuma bisa berharap anak-anak bisa sekolah tinggi, biar torang (kami) punya hidup pas-pasan,"
"Alhamdulillah, dari hasil gula yang saya jual, satu anak saya sudah selesai kuliah kebidanan dan sekarang kerja," ujar Arifin saat ditemui Tribun Ternate, Sabtu (4/10/2025).
Setiap dua hari sekali Arifin dan istrinya mengolah nira dari belasan pohon aren.
Sekali masak mereka bisa produksi sekitar 129 sampai 132 buah gula aren.
"Tapi itu tergantung cuaca dan hasil sadapan. Kalau tara (tidak) hujan besar, biasa hasil bagus," tuturnya.

Jual gula aren Rp9.000 per buah
Sebelumnya harga gula aren hanya Rp3 ribu per buah.
Kini naik menjadi Rp 9 ribu per buah.
Arifin mengatakan tak terlalu memikirkan harga.
Jalani profesi penuh syukur
Ia menjalani profesi sebagai petani gula aren dengan penuh syukur.
Meski begitu, ia mengaku peralatan yang digunakan sudah banyak yang rusak dan perlu bantuan pemerintah daerah.
"Saya berharap ada sedikit perhatian dari pemerintah, terutama peralatan masak, panci, dan pondok. Supaya kami bisa kerja lebih mudah," tandasnya.
Baca juga: Tiap Hari Jualan Sapu Ijuk, Herman Sukses Sekolahkan Anak sampai S2: Rezeki Sudah yang Mengaturnya
Kisah perjuangan inspiratif lainnya
Perjuangan untuk menyekolahkan anak tak cuma dilakukan Arifin, penjual kacang bernama Suroso juga akhirnya bisa kuliahkan anaknya hingga menjadi guru.
Pria berusia 79 tahun itu berjualan di Taman Sritanjung yang asri di Kota Banyuwangi.
Suroso, warga Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi berjualan kacang kulit rebus selama 40 tahun.
Tiap hari kecuali hari Senin dan Jumat, Suroso memanggul 15 kilogram kacang kulit rebus dan dijual seharga Rp 2.000 per ikat.
“Saya bersiap setelah salat subuh, berangkat jualan jam tujuh pagi,” ungkap Suroso mengawali ceritanya pada Kamis siang (9/1/2025), melansir dari Kompas.com.
Suroso memulai perjalanannya dengan menumpang bus menuju kecamatan paling utara Banyuwangi yaitu Wongsorejo.
Baca juga: Kisah Mbah Djajam 35 Tahun Jual Koran, Kenang Bisa Sekolahkan Anaknya Hingga ada yang Jadi Tentara
Dari sana, dia mulai berjalan kaki menyusuri banyak titik yang dirasa akan ramai pembeli.
Dari Kecamatan Wongsorejo, dia terus berjalan ke selatan, dan biasanya bakal tiba di Kota Banyuwangi pada sore atau malam hari.
Bukan langsung pulang, dia masih meneruskan usaha untuk menjual habis kacang-kacangnya. “Kadang sampai jam 12 malam. Kacang habis, saya pulang,” tutur Suroso.
Dari perjalanan sejauh itu, rata-rata Suroso memeroleh uang antara Rp 80-100 ribu, sudah dipotong setoran ke juragan, ongkos bus, dan lain-lain.
Meski perjalanannya terlihat amat melelahkan, namun pria kelahiran tahun 1945 itu malah mengaku menikmati pekerjaannya.
Terlebih, dia juga merasa aman karena tak pernah sekalipun mengalami kejadian yang tak mengenakkan, apalagi peristiwa yang mengancam keselamatannya.
“Puluhan tahun berjualan, saya tidak pernah mengalami hal buruk. Justru saya banyak bertemu orang-orang baik yang borong atau kadang memberi uang,” ungkap dia.
Di sisi lain, dengan mata berbinar, Suroso menceritakan, dari berjualan kacang itu dia dapat memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anaknya.
Bahkan, dia berhasil mengantarkan satu dari empat anaknya menggapai cita-cita menjadi guru.
“Saya semangat kerja supaya anak saya jangan sampai putus sekolah. Sejak kecil ranking, saya sekolahkan, dapat beasiswa, sekarang guru SD,” ujar dia dengan nada bangga.
Selain itu, dari berjualan kacang pula dia masih bisa menyisihkan pendapatannya, sedikit demi sedikit untuk merenovasi rumah, serta mengikuti wisata religi berziarah ke makam Wali Songo.
“Alhamdulillah saya bisa ziarah Wali Songo. Satu orang Rp 750 ribu, saya berangkat dengan istri jadi Rp 1,5 juta,” catusnya.
Perjalanan wisata religi itu terasa amat berharga, karena bagi dia dan istri, pergi ke luar kota adalah sesuatu yang istimewa dan tidak bisa dilakukan setiap bulan, atau bahkan setiap tahun.
Kini, pria dengan senyum khas itu mengaku tak memiliki harapan khusus selain terus sehat di usia senjanya, dan berharap jerih payahnya bisa membahagiakan cucu-cucunya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com
Halmahera Selatan
gula aren
PPPK
pegawai Pemkab
Tribun Jatim
TribunJatim.com
jatim.tribunnews.com
berita viral
Rekor Dunia Rizki Juniansyah di Kejuaraan Angkat Besi 2025, Borong 2 Medali Emas |
![]() |
---|
Alasan Linda Si Penjual Tisu Hajar Lansia Jualan Kacang Pakai Kawat Kemoceng, Korban Minta Mediasi |
![]() |
---|
Tradisi Santri Dihukum Nguli di Ponpes, Cak Imin: Kepada Semua Pesantren Tidak Boleh |
![]() |
---|
Rusli Nikahi 2 Wanita Sekaligus dengan Mahar Rp 180 Juta, KUA Tangguhkan Berkas: Harus Izin Poligami |
![]() |
---|
Pendukung Jokowi Siap Terjunkan 500 Wanita Demo Pakai Bra & Celana Dalam, Roy Suryo: Asusila |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.