Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Nasib Pilu Guru Terjang Sungai Demi ke Sekolah, Khawatir Kondisi Siswa saat Air Makin Naik

Meski menghadapi risiko setiap hari, para guru tetap berusaha hadir di sekolah agar proses belajar mengajar tetap berjalan.

Editor: Torik Aqua
Taufan/Tribun-Sulbar.com
SEBERANGI SUNGAI – Para guru SMPN 7 Bambalamotu saat menyeberangi sungai dalam kondisi banjir demi mengajar. Kondisi ini makin parah saat musim hujan. 

TRIBUNJATIM.COM - Pilu nasib guru dan siswa yang terpaksa menerjang sungai demi bisa sampai ke sekolah.

Hal tersebut karena belum ada akses jembatan yang bisa dilewati.

Kondisi itu dialami oleh sejumlah guru SMPN 7 Bambalamotu di Desa Wulai, Kecamatan Bambalamotu, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat.

Perjalanan berat setiap hari ditempuh, tantangan makin berat saat hujan tiba.

Baca juga: Baru Sebulan Rampung Dibangun, Jembatan Mendadak Ambruk Bikin 8 Siswa SMP Jatuh ke Sungai

Desa Wulai terletak di Kecamatan Bambalamotu, Kabupaten Pasangkayu, Provinsi Sulawesi Barat. 

Secara geografis, desa ini berada di wilayah utara Sulawesi Barat, dekat dengan perbatasan Provinsi Sulawesi Tengah. 

Wilayahnya terdiri dari perkampungan, lahan pertanian, dan perkebunan. 
 
Mereka terpaksa menyeberangi sungai besar tanpa jembatan. 

Para guru harus menenteng tas dan sepatu agar tidak basah.

Kondisi ini semakin sulit saat musim hujan.

Arus sungai menjadi deras dan air meluap hingga ke jalan setapak yang biasa dilalui.

Salah satu guru, Khairil Anwar, mengatakan kondisi tersebut telah berlangsung bertahun-tahun.

“Sudah lama kami seperti ini. Kalau musim hujan, air naik dan arusnya kencang. Tapi karena tidak ada jembatan, kami tetap harus menyeberang agar bisa mengajar,” ungkapnya, Senin (7/10/2025).

Meski menghadapi risiko setiap hari, para guru tetap berusaha hadir di sekolah agar proses belajar mengajar tetap berjalan.

Kesulitan ini juga dirasakan para siswa dari enam dusun di seberang sungai.

Saat banjir datang, banyak siswa tidak bisa ke sekolah karena akses terputus.

"Kalau air naik, anak-anak di seberang sungai sering tidak bisa datang. Kami juga khawatir dengan keselamatan mereka,” tambah Khairil.

Para guru berharap pemerintah daerah segera mencari solusi.

Misalnya, membangun jembatan penghubung atau akses alternatif agar kegiatan pendidikan berjalan lebih aman dan lancar.

“Kami hanya berharap ada perhatian dari pemerintah. Kalau ada jembatan, tentu semua lebih mudah dan aman,” harap Khairil.

Kondisi ini menjadi potret nyata tantangan pendidikan di pedalaman Pasangkayu.

Meski terbatas, semangat guru dan siswa tetap terjaga.

Tanggapan anggota DPRD

Anggota DPRD Kabupaten Pasangkayu Andrias buka suara soal perjuangan guru dan warga di Desa Wulai, Kecamatan Bambalamotu, Sulawesi Barat (Sulbar) yang harus menyebarangi sungai deras setiap hari untuk pergi mengajar.

Kejadian ini membuat Andrias sangat prihatin atas kondisi tersebut, terlebih saat anak-anak sekolah dan guru ini melintasi sungai setiap harinya.

Mereka harus berjuang bertaruh nyawa demi pendidikan, apalagi di tengah musim penghujan tentu ini menjadi ancaman bagi mereka.

Politisi PDI Perjuangan ini, sebagai wakil rakyat tentu sangat miris dan sedih masih ada warga di Pasangkayu masih memiliki keterbatasan akses untuk berkativitas.

“Saya sangat prihatin melihat warga dan guru di sana kesulitan menyeberangi sungai yang deras, apalagi kalau musim hujan. Ini sangat membahayakan,” ungkap Andrias, Selasa (7/10/2025).

Menurutnya, sebelumnya Andrias sudah pernah menerima aspirasi dari warga saat melangsungkan reses di Desa Wulai. Warga ingin dibangunkan jembatan supaya mereka merasakan jalur transportasi memadai.

Namun dari hasil reses tersebut, hingga kini tak kunjung terealisasi,  padahal masyarakat sangat berharap pemerintah daerah bisa membangun infrastruktur jembatan.

“Keselamatan warga dan kelancaran aktivitas belajar mengajar harus menjadi prioritas. Kami akan dorong pemerintah daerah untuk segera membangun jembatan agar warga tidak lagi terisolir saat musim hujan,” tegasnya.

Diketahui, di Desa Wulai terdapat enam dusun yang sering terisolir akibat tidak adanya jembatan, yakni Dusun Wulai 2, Sinjanga, Pinora’a, Batu Bete, Saluvuko, dan Saluvu.

Artikel ini telah tayang di Tribunsulbar.com 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved