Berita Viral
Sempat Ngamuk, Toni Paving Block Kini Bingung Ditantang Dedi Mulyadi & Diberi Uang Rp50 Juta
Meski sudah membuat inovasi, Toni merasa tak mendapat perhatian apapun dari pemerintah.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Toni Permana atau Toni paving block sempat ngamuk sampai videonya viral di media sosial.
Namun, ia mendadak ciut setelah ditantang balik Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Toni bahkan tak mampu menyanggupi tantangan dari Kang Dedi Mulyadi (KDM).
Baca juga: Wasroni Bisa Jadi Miliarder usai Temukan Batu Disebut Meteor Hitam, Jatuh di Pekarangan: Tidak Panas
Ia mengaku sudah mengeluarkan upaya dalam menjaga lingkungan dengan berinovasi mengubah sampah plastik menjadi paving block.
"Dari 2017 saya punya inovasi ngubah sampah plastik jadi paving block," kata Toni di video TikTok.
"Dulu saya manual sekarang saya punya mesin, saya rakit sendiri, saya punya penyaring asap saya rakit sendiri dan sudah lolos uji emisi," imbuhnya.
Meski sudah berusaha dan membuat inovasi, Toni merasa tak mendapat perhatian apapun dari pemerintah.
"Tapi nyatanya apa? Ini padahal udah menempuh uji lab, uji tekan, uji bakar, uji abrasi," bebernya.
"Tapi faktanya apa? Enggak ada dukungan," kata Toni sembari melempar paving block.
Ia memiliki nama lengkap Toni Permana, usianya 41 tahun.
Toni paving block tinggal di Kampung Sukamaju, Desa Padalarang, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.
Sebelum membuat paving block, Toni awalnya memiliki usaha las.
Atas viralnya video Toni, ia pun mendapat perhatian dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
KDM tanpa basa-basi langsung menanyakan harga jual dari paving block buatan Toni.
"Berapa per meter? Saya beli," kata KDM.

Namun, Toni tak menyanggupi karena mesin buatannya tak mampu memproduksi secara massal.
"Justru belum bisa produksi massal pak, sehari paling cuma dua meter mesinnya itu," katanya.
Hal itu pula yang membuatnya menolak tawaran dari developer dan toko bangunan.
Ia menjual paving block hasil olahan sampah plastik ini seharga Rp200 ribu per meternya.
Sedangkan paving dari pasir di angka Rp95 ribu sampai Rp200 ribu juga per meternya.
Pun dengan kekuatan yang menurut Toni hampir setara dengan paving bahan pasir.
KDM kemudian menantang Toni dengan memberikan uang sebesar Rp50 juta.
Ia memberi modal untuk membuat mesin pengolahan limbah plastik untuk dijadikan paving block.
Namun begitu, Dedi Mulyadi tidak memberikan modal produksi untuk bahan dan jasa pembuatan.
"Kan mesinnya belum ini punya saya," kata Toni.
"Saya kasih Rp 50 juta saya kasih perjanjian, tapi bapak harus kirim barang, jadi saya jual beli bukan bantu, tapi saya kasih modal lebih dulu bapak untuk beli mesin."
Jika dikalkulasi dengan harga jual, maka Toni harus memberi paving block ke Dedi 250 meter.
"Kemudian nanti bapak cetak, sebanyak 250 meter. Itu order bapak pertama," kata Dedi Mulyadi.
"Dengan mesin yang saya ?" tanya Toni.
"Ya terserah bapak, saya ka konsumen," kata KDM.
Dedi mengatakan, tujuannya memberi Rp50 juta agar Toni bisa membuat mesin yang baru sehingga ia bisa melayani pembelian dalam skala besar.
"Kan uang yang saya Rp50 juta bisa dibelikan mesin, sehingga bapak punya mesin cetak yang baik, layanin yang saya Rp50 juta kan."
"Nah modal untuk nyetaknya, ya sementara bapak bisa cari dulu dong mandiri," kata KDM.
Jika Toni berhasil menyelesaikan tantangan tersebut, Dedi akan mengorder kembali dalam jumlah lebih banyak.
"Sudah berhasil nyetak Rp50 juta ini, saya beli lagi Rp250 juta pesan, mau saya bagiin ke desa-desa."
"Makanya mau diuji dulu yang Rp50 juta nanti, diinjak pakai mobil aman enggak."
"Nah, berhasil, saya pesan lagi, 5 km saya mau bikin lingkaran di sawah. Ayo serius nih pak," kata Dedi.
Toni menerangkan, harga paving block dengan bahan pasir dibanderol Rp95 ribu sampai Rp200 ribu per meternya.
"Saya sih enggak ada urusan harganya lebih mahal dari toko enggak apa-apa."
"Karena yang penting dengan ada paving block ini problem sampah selesai. Hayuk. Oke?" kata KDM.
Baca juga: Raup Rp3 M dari Pemalsuan SIM, Cara Curang Pelaku Terungkap di Rumahnya, Polisi Sita Printer
Namun, rupanya Toni masih begitu bingung.
"Kalau ada mesinya oke. Dalam target waktu misalkan," kata Toni.
Ia khawatir tak dapat memenuhi tantangan karena kapasitas mesinnya saat ini hanya mampu menghasilan 50 paving block per harinya.
"Saya kasih Rp5 juta untuk biaya produksi. Di luar Rp50 juta."
"Dikasih Rp50 juta untuk mesin produksi, saya kasih Rp5 juta cuma-cuma untuk beli bahan produksinya," katanya.
Toni Permana menjelaskan, ia membutuhkan waktu untuk bisa melayani orderan Dedi Mulyadi.
"Mesin saya belum bisa. Mesin dari bapak misalkan saya harus cari dulu, butuh waktu lagi. Takutnya diburu-buru," katanya.
Sedangkan Dedi menginginkan jual beli ini disertai dengan perjanjian kerja.
"Bikin perjanjian kerja dong, Kan bapak pengin maju," katanya.
"Bangun tim dulu, kalau untuk secepatnya belum bisa. Saya kan skalanya masih nasabah dulu plastiknya tuh," kata Toni.

Toni justru tak menyanggupi.
"Merasa kaget pak, harus dari awal, bangun tim nih. Diupayakan," jawab Toni.
"Jangan diupayakan, kan di media sosial, 'Eh pemerintah minta perhatian', saya Gubernur nih, saya merhatiin bapak."
"Saya ada pembeli prodak dengan jumlah banyak ke bapak," katanya.
Ia pun terkena semprotan KDM.
Menurut Dedi, mestinya Toni tetap berani seperti ketika membuat video di media sosial.
"Keberanian bapak harus sesuai dengan amarah bapak di media sosial dong. Ini udah teriak-teriak, kan bapak ingin mandiri."
"Bapak di media sosial wanian banget. Dulu kayak maung kenapa sekarang kayak kucing," katanya.
Baca juga: 5 Tahun Wahyuni Rela Seberangi Derasnya Arus Sungai Demi Mengajar, Berharap Solusi dari Pemerintah
KDM lalu berencana memasang paving block dari Toni untuk jalan di sawah.
Dengan adanya Toni, maka Dedi tak perlu lagi memesan dari pihak lain.
"Buat jalan di sawah jadi saya enggak usah beli paving block dari luar. Kalau di tempat saya berhasil saya nanti mau bikin program desa-desa mengunakan paving block buatan bapak," katanya.
"Se-Kabupaten Bandung Barat aja bapak enggak akan kuat masang order," tambah Dedi.
Ia pun menantang Toni dengan orderan tersebut.
"Bapak kan nantang pemeritah, saya tantang bapak sekarang," katanya.
Toni berdalih bahwa tujuannya bukan sebatas mendapat modal usaha.
"Pengin saya di tempat wilayah itu ada kayak saya lagi, jadi diterapkan di sini, di sini. Ketika ada kebutuhan tuh bisa saling memenuhi," harap Toni paving block.
Wasroni Bisa Jadi Miliarder usai Temukan Batu Disebut Meteor Hitam, Jatuh di Pekarangan: Tidak Panas |
![]() |
---|
Cara Edit Foto Ala Anime Jepang dengan Prompt Gemini AI yang Viral di TikTok dan Instagram |
![]() |
---|
Purbaya Digeruduk 18 Gubernur di Kantornya, Anggaran TKD Dipangkas Diprotes, Menkeu: itu Normal |
![]() |
---|
5 Tahun Wahyuni Rela Seberangi Derasnya Arus Sungai Demi Mengajar, Berharap Solusi dari Pemerintah |
![]() |
---|
Datang Dini Hari Muntah-muntah, Pasien Terlantar di Kursi Tunggu, Puskesmas Kunci UGD Takut ODGJ |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.