Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Perusahaan Merugi Rp 661 Juta karena Ulah Manajer Keuangan, Habis untuk Beli 17 Sneaker dan Tas

Kasus penggelapan uang terjadi di sebuah perusahaan taman hiburan di Kota Denpasar, Bali. Pelakunya adalah manajer keuangan dan akuntansi.

Editor: Ani Susanti
Freepik
PENGGELAPAN UANG - Foto ilustrasi uang terkait berita seorang manajer keuangan dan akuntansi di sebuah perusahaan taman hiburan di Kota Denpasar, Bali, ditangkap polisi setelah nekat menggelapkan uang di tempatnya bekerja senilai Rp 661.172.000. 

Gerakan ini semakin populer jelang pergantian tahun 2025.

Bagi banyak orang, berbelanja impulsif bisa menjadi kebiasaan yang sulit dikendalikan. Begitu pula menurut Founder Komunitas Gaya Hidup Minimalis Lyfe with Less, Cynthia Suci Lestari.

Baca juga: Bendahara Santai Tilap Dana Desa Rp 1 Miliar, Kades Kaget Saldo Kas Terkuras Habis

Menurutnya, perilaku impulsif dalam berbelanja kerap berakar dari kebiasaan yang tertanam sejak kecil.

“Ada hal yang dibudaya-budayakan, misalnya saat lebaran harus beli baju baru, liburan harus punya OOTD baru, atau liburan harus beli oleh-oleh,” ujar Cynthia kepada Kompas.com, Selasa (31/12/2024).

Namun, kebiasaan belanja impulsif ini bisa diatasi dengan langkah-langkah tepat. Berikut ini cara-cara yang bisa kamu coba.

Cara menghentikan belanja impulsif

1. Menormalisasi hal yang biasa saja

Salah satu cara mengatasi belanja impulsif adalah dengan menormalisasikan sesuatu yang biasa saja atau tidak trending.

“Cara biar tidak impulsif adalah dengan menormalisasikan hal-hal yang tidak estetik,” kata Cynthia.

Ia menjelaskan bahwa konsep estetik sering digunakan dalam pemasaran untuk menarik konsumen secara visual.

Hal ini membuat banyak orang merasa terdorong membeli barang hanya karena tampilannya menarik, meskipun barang tersebut sebenarnya tidak dibutuhkan.

Dengan menormalisasikan hal-hal yang sederhana, kita bisa menyadari bahwa kebutuhan tidak selalu harus mengikuti tren.

2. Memaksimalkan apa yang sudah dmiliki

Menurut Cynthia, masyarakat sering kali merasa bahwa apa yang sudah dimiliki masih kurang.

“Misalnya kalau kulit sudah glowing, itu masih kurang karena kulit harus glass skin. Atau kalau barang sudah estetik, itu masih kurang karena belum trending,” jelasnya.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved