Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

44 Tahun Kakek Firman Jualan Majalah di Stasiun Meski Mata Tak Bisa Melihat, Terharu Dapat Rp 1 Juta

Tengah viral di media sosial kisah Kakek Firman, jualan majalah di Stasiun Depok, Jawa Barat.

Editor: Ani Susanti
Instagram @donnyra
KAKEK JUALAN VIRAL - Sosok lansia tunanetra bernama Firman (64) berjualan majalah Bobo di Stasiun Depok. Kini terharu dapat rezeki. 

TRIBUNJATIM.COM - Tengah viral di media sosial kisah Kakek Firman, jualan majalah di Stasiun Depok, Jawa Barat.

Kakek berusia 64 tahun itu berjualan majalah Bobo buku mewarnai, buku Teka-teki Silang (TTS) hingga koran.

Kakek Firman jualan sambil berdiri dengan kondisi mata yang tak bisa melihat atau tunanetra.

Perjuangan Kakek Firman menjadi perhatian konten kreator Donny Ramadhan.

Pertemuan mereka pun viral di media sosial

 

Awalnya, Firman tampak menjajakan dagangannya di pintu keluar Stasiun Depok.

"Di stasiun Depok ada bapak penjual majalah dan koran dengan kondisi mata buta," tulis caption akun instagram Donny Ramadhan dikutip, Minggu (19/10/2025).

"Pak, jualan apa?" tanya Donny Ramadhan.

Kakek Firman pun menuturkan dirinya menjual majalah Bobo dan buku mewarnai yang dijual seharga Rp 18 ribu.

Firman yang akrab disapa Anen itu lalu diajak Donny untuk makan bersama.

Donny lalu mengobrol dengan Anen.

Anen mengaku kelahiran tahun 1961.

Ia berjualan majalah sejak 1981. 

Baca juga: Pak Lani Tiap Hari Keliling Jual Bakso Meski Sakit Jantung, 4 Tahun Tak Berobat, Kondisi Anak Pilu

"Bapak, anaknya kemana, pak?" tanya Donny.

"Ada di rumah," jawab Anen.

"kenapa bukan anak bapak yang kerja?" tanya Donny lagi.

"Masih sekolah," kata Anen.

Disela-sela mengobrol, seorang pria yang disapa Bang Tato memberikan tisu kepada Anen untuk mengusap matanya.

Bang Tato mengaku rekan Anen yang membantunya beraktivitas jualan di Stasiun Depok.

Mata Anen kerap berair. Anen lalu bercerita jualan koran kerap tidak laku.

Terlebih, kata Anen, korban tidak bisa dibalikkan bila tak laku dijual.

"Sering di rumah tuh kemarin banyak banget koran karena ga bisa dibalikin, yang penting kita maunya berangkat kerja. Alhamdulillah ada aja gitu," imbuh Anen.

Baca juga: 6 Tahun Reni Rawat Ayah Lumpuh Seorang Diri, Tiap Hari Keliling Jual Singkong Sambil Pikul Keranjang

Bang Tato lalu menceritakan Anen beristirahat saat maghrib. 

Anen lalu menjalankan ibadah salat kemudian berjualan kembali hingga pukul 20.00 WIB setiap hari kecuali Sabtu-Minggu.

Donny lalu bertanya apakah majalahnya boleh diborong.

Anen bercerita pernah mendapatkan sumbangan dari gereja sebesar Rp 500 ribu.

Ia lalu mengatakan dagangannya saat ini seluruhnya Rp 371 ribu.

Donny lalu menyerahkan uang sebesar Rp 1 juta.

"Ini ada sedikit rezeki pak. Ada Rp 1 juta bapak pegang tambah-tambah dari dokter Richard Lee," kata Donny.

Profil Richard Lee

Richard Lee lahir di Medan pada tanggal 11 Oktober 1985.

Ia diketahui telah menikah dengan seorang dokter bernama Reni Effendi pada tahun 2012.

Mereka telah dikaruniai tiga orang anak yang bernama Jacob Bryan Lee, James Kenneth Lee, dan Kenzo Sebastian Lee.

Richard Lee mengaku berasal dari keluarga yang kurang mampu dan tinggal di lantai paling atas sebuah rumah susun.

Meski demikian, orang tuanya selalu mengusahakan agar Richard Lee bisa menempuh pendidikan di sekolah terbaik.

Kedua orang tuanya bahkan tak jarang harus menghadap yayasan dan pinjam uang untuk meringankan biaya sekolahnya.

Richard Lee mengawali jenjang pendidikannya di SD Xaverius 4 Palembang pada 1994.

Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya di SMP Xaverius 1.

Di tahun 2000, Richard Lee mengenyam pendidikan di bangku sekolah SMA Xaverius 1.

Pada masa itu, ia menemukan teman akrab yang dapat membuatnya sukses meraih sejumlah prestasi, seperti menjadi wakil dari sekolah untuk mengikuti beberapa perlombaan.

Saat duduk di kelas 3 SMA, ia bercita-cita untuk menjadi seorang dokter.

Usai lulus SMA, Richard Lee berhasil melanjutkan pendidikannya di bidang Kedokteran di Universitas Sriwijaya pada 2003.

Setelah menyelesaikan studi S1, ia kemudian menempuh pendidikan Magister Administrasi Rumah Sakit (MARS) di Universitas Respati Indonesia.

Tak hanya itu, Richard Lee juga berhasil menyelesaikan pendidikannya di Academy of Aesthetic Medicine (2017) dan Atlantic International University (2020–2021).

Baca juga: Tiap Hari Rais Bocah SD Keliling Jualan Jajan Meski Tak Punya Tangan, Hanya Hidup Bersama Neneknya

Richard Lee mengawali kariernya sebagai dokter umum di perusahaan ternama yaitu Sinarmas Group.

Usai mengabdi menjadi dokter di perusahaan tersebut, ia memutuskan untuk membuat klinik kecantikan bernama Klinik Athena di Palembang.

Kini, klinik kecantikan yang ia dirikan itu telah memiliki sejumlah cabang di seluruh Indonesia.

Richard Lee pun kemudian merambah ke YouTube.

Ia mulai aktif menjadi YouTuber pada tahun 2018. Kontennya pun berisi edukasi tentang produk skincare dan juga kecantikan.

Kisah Viral Lainnya

Sebelumnya juga viral sosok M Said (86) penjual es campur yang kini bisa berangkat ibadah haji.

Said adalah penjual es campur legendaris di Kota Batu, Jawa Timur.

Kini, ia akan menunaikan ibadah haji 2025 bersama sang istri, Kasiatun (82).

Diketahui, M Said tercatat sebagai calon jemaah haji (CJH) tertua asal Kota Batu yang akan berangkat pada tahun 2025.

Said dan istrinya dijadwalkan berangkat ke Asrama Sukolilo, Surabaya pada 24 Mei 2025, sebelum terbang menuju Arab Saudi pada 25 Mei 2025.

"Tanggal 24 Mei 2025 nanti ke Asrama Sukolilo. Ashar berangkat dulu ke Kantor Kemenag Kota Batu di Jalan Sultan Agung, baru ke Asrama Sukolilo, Surabaya. Tanggal 25-nya berangkat ke Arab Saudi," kata M Said, Jumat (16/5/2025), dikutip dari Kompas.com.

Said dan istrinya telah merampungkan seluruh persiapan untuk berangkat haji.

"Koper haji dan seisinya sudah lengkap," tambah M Said saat ditemui di rumahnya di Jalan Lesti, Kota Batu.

Baca juga: Bantu Ortu Cari Uang, Kakak Adik Tak Malu Keliling Jualan Jamu Rp5 Ribu Naik Sepeda Pulang Sekolah

Perjalanan Said sebagai penjual es campur dimulai sejak Agustus 1954, ketika ia ikut sang paman.

Ia memulai usaha tersebut dengan modal Rp 1.000.

Kini, setiap porsi es campur yang dijualnya berisi kacang ijo, roti, ketan hitam, dan mutiara, seharga Rp 6.000.

Warungnya pun buka dari pukul 10.00-17.00 WIB.

Dalam sehari, usaha Said menghabiskan 3 kilogram gula, menurun dari sebelumnya yang bisa mencapai 10 kilogram. Penghasilan harian pun bervariasi, 

"Kalau sepi Rp 15.000, pernah dapat Rp 1 juta tapi diambil orang enggak tahu siapa," ungkapnya. 

M Said juga sering menolak pemberian uang dari orang lain yang menganggapnya kasihan, dengan alasan masih bisa bekerja. 

Selama menjalankan ibadah haji, usaha es campurnya akan libur sementara.  Lebih lanjut, M Said meyakini bahwa keberangkatan mereka ke Tanah Suci tak lepas dari berkah saat berjualan. 

"Jadi kalau ada orangtua atau anak kecil beli satu es campur, tak kasihkan dua," ujarnya. 

Niat untuk berangkat haji muncul pada tahun 2015 setelah mereka menjalani ibadah umrah. 

Keduanya menabung dari hasil berjualan es campur, di mana Kasiatun merupakan pensiunan pegawai BKKBN Kabupaten Malang. 

"Tahun 2018 daftar haji, setoran pertama Rp 25 juta satu orang, sama istri jadinya dua total Rp 50 juta. Ditambah untuk tabungan Rp 5 juta dua orang, jadi total Rp 60 juta," ujar M Said.

Biaya lain seperti dam (denda) dan santunan anak yatim juga telah dilunasi. 

Saat ini, menjelang keberangkatan, keduanya melakukan persiapan fisik dengan berjalan kaki beberapa kali dalam seminggu. 

"Saya sama istri masuk dalam gelombang 2, kloter 81. Persiapan untuk ke sana membawa vitamin, kondisi kesehatan seperti tensi, jantung, gula alhamdulillah semua normal," kata kakek yang memiliki lima cucu dan tujuh cicit ini.

Baca juga: Sosok Kakak Beradik Yatim Piatu yang Pilu Diusir Pemilik Tanah, Bantu Sang Nenek Jualan Es Mambo

Istri Said, Kasiatun merasa bersyukur akan berangkat haji bersama sang suami.

"Alhamdulillah bersyukur, mudah-mudahan diberi sehat, dengan niat ibadah. Memang ini cita-cita dulu kalau punya rezeki pengen haji, panggilan dari Allah," ungkapnya.

Kabar gembira ini mulanya datang pada November 2024, saat Said menerima telepon dari Kantor Kemenag Kota Batu.

"Ditelepon Kemenag, Pak Said joget-joget senang menerima informasi bisa berangkat haji tahun ini," katanya. Awalnya, M Said mendapat prioritas untuk berangkat haji karena faktor usia, tetapi tanpa istrinya. 

"Kata orang Kemenag prioritas, karena usianya 86 ke atas. Saya bilang kalau Pak Said berangkat sendiri kasihan, yang menyiapkan apa-apa di sana siapa. Terus dibantu orang, akhirnya bisa berangkat bersama suami," ujar Kasiatun. 

Sejak November 2024, keduanya aktif mengikuti manasik haji setiap hari Minggu bersama KBIH Al Ikhlas. 
"Setiap kegiatan kita dikasih snack, pulang bawa nasi kotak, alhamdulillah sekali," tutupnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved