Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Istri Selingkuh dengan Teman Sendiri, Warseno Robohkan Rumah Rp170 Juta, 18 Tahun Tinggal Kenangan

Pria di Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah merobohkan rumahnya sendiri.

KOLASE Tribun Solo/Septiana Ayu Lestari dan Dokumen Warseno/ISTIMEWA
ROBOHKAN RUMAH - Pria di Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah merobohkan rumahnya sendiri (kiri). Pria bernama Warseno (kanan) melakukannya karena sang istri, P (36) diduga berselingkuh, Jumat (31/10/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Warseno, seorang pria di Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah merobohkan rumahnya sendiri.
  • Alasan merobohkan rumah karena istri Warseno selingkuh dengan tetangga yang masih beristri dan sudah memiliki cucu.
  • Rumah yang dirobohkan tersebut sudah ditinggali selama 18 tahun, namun kini tinggal kenangan.

 

TRIBUNJATIM.COM - Pria di Desa Karanganom, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah merobohkan rumahnya sendiri.

Pria bernama Warseno (36) melakukannya karena sang istri, P (36) diduga berselingkuh.

Warseno sakit hati sebab P mendua dengan temannya sendiri yang sudah punya cucu dan masih memiliki istri sah.

Bahkan Warseno sempat menyindir P namun justru tidak merasa bersalah.

Momen Warseno merobohkan rumahnya sendiri ini terekam hingga akhirnya beredar luas di media sosial.

Baca juga: Tangis Windi Kesal Kekasih Gelapnya Hobi Selingkuh, Karsilan Teriak di Semak usai Pakai Kode OTW

Bangunan Rumah Hasil Kerja Keras Ayah Warseno

Warseno mengetahui perselingkuhan istrinya pada 16 Oktober 2025 melalui rekaman CCTV di rumahnya.

“Tahu selingkuhnya dari CCTV yang saya pasang di rumah. Setahu saya, hubungan itu sudah lama,” ucapnya, saat ditemui Tribun Solo, Jumat (31/10/2025).

Warseno mengatakan, dirinya nekat merobohkan rumah tersebut karena bangunan itu dibangun oleh ayahnya.

“Soal rumah, yang membangunkan bapak saya, tapi tanahnya milik mantan istri. Jadi mau tidak mau, saya harus bongkar, robohkan,” ujarnya

Setelah mengetahui fakta tersebut, Warseno tidak langsung bertindak emosional.

Ia lebih dulu mengumpulkan keluarga, termasuk orang tua dan kakak istrinya untuk membicarakan masalah itu secara terbuka.

SUAMI ROBOHKAN RUMAH - Rumah di Sragen yang dirobohkan usai istri ketahuan selingkuh. Foto Kiri: Rumah sebelum dirobohkan. Foto Kanan: Setelah rumah rata dengan tanah.
SUAMI ROBOHKAN RUMAH - Rumah di Sragen yang dirobohkan usai istri ketahuan selingkuh. Foto Kiri: Rumah sebelum dirobohkan. Foto Kanan: Setelah rumah rata dengan tanah. (TribunSolo.com/Septiana Ayu Lestari/Istimewa Warseno)

Mengajukan Cerai, Sudah Sidang Kedua

Pada pertemuan itu, dirinya menyampaikan niatnya untuk mengembalikan sang istri ke orang tuanya dan mengakhiri rumah tangganya.

“Sudah mengajukan cerai, sekarang sidang kedua,” tuturnya.

Langkah merobohkan rumah merupakan insiatif Warseno.

Ia sudah memperoleh persetujuan dari anak semata wayangnya yang duduk di bangku kelas 3 sekolah menengah atas (SMA).

Proses perobohan rumah dilakukan selama dua hari. 

Pada hari pertama, Warseno menggunakan backhoe untuk merobohkan bangunan.

“Backhoe-nya sewa, satu hari Rp2.200.000. Sewa dump truck Rp600.000. Jadi total satu hari Rp2.800.000,” jelasnya.

Barang-barang yang masih bisa dimanfaatkan dibawa pulang, sedangkan sisanya dihancurkan.

“Dirobohkan sampai tanah lagi. Dulu dari tanah, ya dikembalikan jadi tanah lagi,” terang Warseno.

Baca juga: Istri Anggota DPRD Tak Terima Dituduh Selingkuh, Sebut Sudah Sabar karena Suami Suka Main Perempuan

Sosok Selingkuhan Istri

Warseno mengatakan, istrinya berselingkuh dengan seorang pria berinisial H (46), warga Kecamatan Mondokan, Sragen.

Sosok H bukanlah orang asing, dia merupakan teman Warseno.

“Sudah saling kenal, teman. H itu sudah punya cucu dan masih punya istri sah. Istrinya juga sudah tahu semua kejadian ini,” kata Warseno.

Adanya hubungan pertemuan itu membuat tak ada yang curiga dengan gerak-gerik H, termasuk mertua Warseno yang tinggal di sebelah rumah.

“Kalau mantan mertua negur ya biasa, soalnya H itu sering main ke rumah. Nggak tahu kalau ternyata seperti itu,” ungkapnya.

Menurut Warseno, hubungan P dan H sudah terjalin cukup lama.

Ia bahkan pernah menegur istrinya secara halus, tetapi P tidak merasa bersalah.

“Cuma satu orang itu saja. Saya pernah sindir, tapi dia nggak merasa. Setelah lihat sendiri lewat CCTV, itu jadi keputusan terakhir saya nggak bisa diganggu gugat,” tegasnya.

Rumah Ditinggali 18 Tahun Tinggal Kenangan

Rumah yang dulunya menjadi saksi kehidupan keluarga kecil Warseno kini tinggal kenangan.

Di sana Warseno bersama istri dan anaknya tinggal.

Rumah tersebut dibangun di atas tanah milik keluarga P dengan biaya sekitar Rp170 juta.

Rumah itu adalah hasil kerja keras orang tua Warseno setelah dirinya menikah.

“Yang bangun rumah orang tua saya. jadi sudah 18 tahun tinggal di sana,” katanya.

KORBAN SELINGKUH - Warseno, warga Kabupaten Sragen yang merobohkan rumah usai mengetahui istri selingkuh saat ditemui TribunSolo.com, Jumat (31/10/2025).
KORBAN SELINGKUH - Warseno, warga Kabupaten Sragen yang merobohkan rumah usai mengetahui istri selingkuh saat ditemui TribunSolo.com, Jumat (31/10/2025). (Tribun Solo)

Kesetiaan dan Kejujuran adalah Pondasi Rumah Tangga

Kisah Warseno dari Sragen ini memang menyentuh dan penuh emosi.

Dari kejadian tersebut, ada banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik baik tentang hubungan rumah tangga, kesetiaan, maupun sikap menghadapi ujian hidup.

Perselingkuhan, sekecil apa pun, bisa menghancurkan kepercayaan yang dibangun selama bertahun-tahun.

Kejujuran dan komunikasi terbuka jauh lebih berharga daripada hubungan yang disembunyikan.

Kasus ini juga menyoroti pentingnya memahami status kepemilikan rumah dan tanah dalam pernikahan.

Meski rumah dibangun oleh pihak suami, bila berdiri di atas tanah milik istri, secara hukum kepemilikan bisa menjadi rumit.

Hal ini mengingatkan pasangan untuk membuat perjanjian yang jelas dan adil terkait harta bersama.

Baca juga: Hukuman untuk Brigadir AN yang Selingkuh dengan Istri Orang, Suami Sah: Video Ketahuan dari Ponsel

Harga Diri Tidak Bisa Dibeli

Dengan merobohkan rumah yang dibangun ayahnya, Warseno menunjukkan bahwa martabat dan prinsip hidup tidak bisa ditukar dengan materi.

Keputusan itu mungkin berat, tapi menjadi simbol dari keberanian untuk “memulai dari nol” dengan harga diri yang utuh.

Kehidupan mungkin berubah, tetapi bukan berarti berakhir.

Yang penting adalah terus melangkah, memperbaiki diri, dan membangun masa depan yang lebih baik.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved