Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Demi Prabowo Mudah Berziarah ke Makam Kakek, Lapangan Desa Disulap Jadi Helipad, Dana Rp 1,4 Miliar

Helipad itu dibangun untuk mempermudah akses Presiden Prabowo Subianto berziarah ke makam kakeknya, RM Margono Djojohadikusumo.

Editor: Torik Aqua
Tribunnews dan KOMPAS.COM/FADLAN MUKHTAR ZAIN
HELIPAD - Pembangunan helipad di lapangan Kalisube yang berjarak sekitar 1,6 km dari makam kakek Presiden Prabowo Subianto, RM Margono Djojohadikusumo di kompleks Pemakaman Dawuhan, Kecamatan/Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, baru-baru ini. Helipad dibangun di bekas lapangan dan menelan anggaran Rp 1,4 miliar. 

 RM Margono menempuh pendidikan dasar di Europeesche Lagere School (sekolah dasar kolonial) pada tahun 1901.

Setelah lulus pada tahun 1907, ia melanjutkan pendidikannya di Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA, sekolah pegawai negeri) di Magelang hingga tahun 1911.

Ia lalu menikah dengan Siti Katoemi Wirodihardjo dan memiliki tiga orang anak, termasuk Prof Dr Soemitro Djojohadikoesoemo, seorang ekonom terkemuka.

 Ia juga memiliki anak bernama Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikoesoemo dan Taruna Soejono Djojohadikoesoemo, yang gugur dalam Pertempuran Lengkong.

Dari pernikahan Soemitro dan istrinya, RM Margono memiliki empat orang cucu, yaitu Biantiningsih Djiwandono Sigar, Maryani Lemaistre Djojohadikusumo Sigar, Hashim Djojohadikusumo, dan Prabowo Subianto.

RM Margono dikenal sebagai pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) pada 5 Juli 1946.

Berawal setelah proklamasi kemerdekaan, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam bidang ekonomi. De Javasche Bank, bank sentral era kolonial, tidak mengakui kedaulatan Indonesia.

Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung, RM Margono mengusulkan pembentukan bank sentral untuk mendukung stabilitas ekonomi negara.

Atas mandat Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta, RM Margono memimpin upaya mendirikan Bank Sentral Negara Indonesia.

Pada 16 September 1945, bank ini resmi dibentuk dan diberi wewenang untuk menerbitkan Oeang Republik Indonesia (ORI) sebagai alat pembayaran sah. Kemudian, melalui Perpu No 2 tahun 1946, BNI ditetapkan sebagai bank sirkulasi.

RM Margono menjadi Direktur Utama BNI yang pertama hingga tahun 1950.

Di bawah kepemimpinannya, bank ini tidak hanya berfungsi sebagai bank sentral, tetapi juga melakukan kegiatan perbankan umum seperti pemberian kredit dan penerimaan simpanan.

Ia berjuang melawan berbagai rintangan untuk memastikan keberlangsungan BNI dan stabilitas ekonomi Indonesia.

Pada 1955, peran BNI berubah menjadi bank pembangunan dan mendapatkan hak untuk bertindak sebagai bank devisa. Status hukum BNI kemudian ditingkatkan menjadi Persero pada tahun 1969.

Kecakapan RM Margono di bidang ekonomi menurun kepada anaknya Soemitro. Ayah Prabowo ini terkenal sebagai seorang ekonom terkemuka. RM Margono meninggal pada 25 Juli 1978, tetapi warisannya tetap hidup melalui BNI yang kini menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia dengan lebih dari 2.000 cabang di dalam dan luar negeri.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved